Wednesday, April 21, 2010

The Story Part 52

Ruroya Rai

Aku terbangun dari tidurku dengan perasaan yang bercampur aduk. Aku berjalan ke arah pintu dan bersender sebentar di pintu. Bagaimana dengan Nanase ya? Bukankah ia mau kembali ke rumahnya hari ini? Aku menguap... OH IYA! Nanase akan kembali hari ini! Oh tidak, oh tidak! Bagaimana ini? Apa jangan-jangan ia sudah pergi ya? Dengan cepat aku membuka pintu kamarku dengan kasar dan mengambil mantelku yang aku gantung di belakang pintu lalu menutup pintunya dengan kasar juga.

Aku menuruni anak tangga dengan tergesah-gesah dan berharap semoga saja Nanase masih ada di bawah atau pun di dapur atau di ruang tamu atau... argh! Di mana sajalah yang penting aku bisa bertemu dengannya terlebih dahulu sebelum ia meninggalkan tempat kos sekali lagi. Sesampainya di ruang tamu, aku tidak melihat sosok Nanase sama sekali. Sial! Jangan-jangan sudah pergi. Karena aku kalap, tanpa kusadari, aku terus berjalan keluar rumah dan berakhir lah aku berjalan tanpa arah.

Ada apa denganku? Kenapa aku berjalan tanpa arah seperti ini? Benar-benar aneh. Dengan mendengus kesal, aku berbalik dan berjalan ke arah taman yang biasa aku datangi. Aku duduk di ayunan dan menggoyang-goyangkannya sendiri sehingga aku dapat merasakan angin pagi yang mulai menusuk-nusuk tubuhku. Aku menatap ke arah jalanan yang saat itu masih kosong dengan tatapan kosong. Aku menghela napas. Ke mana Nanase? Apa dia sudah pergi? Kenapa ia tidak pernah mengucapkan apa-apa padaku?

Aku menunduk menatap kakiku dan baru kusadari, aku tidak menggunakan alas kaki apapun. Ya, karena tadi aku begitu kalap sehingga lupa mengambil alas kaki dan langsung pergi keluar dengan seenaknya saja. Brrr... dingin sekali ternyata. Aku beranjak dari ayunan dan mengganti posisi duduk dengan membelakangi jalanan yang tadi. Dengan memeluk diri sendiri, aku menggigil kedinginan.

"Hei, gadis bodoh!" Aku mendengar suara seseorang, aku mencari-cari sumber suara itu tapi aku tidak tau dari mana dan tiba-tiba aku merasakan tangan seseorang yang melingkarkan tangannya di tubuhku sambil mengenakanku sebuah mantel tebal yang hangat. Aku menoleh dan mendapati Nanase sedang berdiri di belakangku. Tunggu... siapa tadi? Apa... NANASE?! Karena tidak percaya, aku menoleh dan melihat ternyata memang Nanase yang berdiri di belakangku.
"Nanase? Kenapa kau ada di sini? Bukankah kau akan kembali ke rumahmu?" Tanyaku. Nanase tersenyum dan mengacak-acak rambutku tiba-tiba.
"Haha... dasar gadis bodoh. Aku baru saja bangun dan baru saja selesai bersiap-siap." Wajahku tiba-tiba memanas, ternyata Nanase belum pergi.
"Aku kira... aku kira... kau sudah pergi. Makadari itu aku mencari mu dari tadi." Kataku sambil menyembunyikan wajahku yang sudah mulai memerah. Nanase terkekeh pelan dan mengacak-acak rambutku lagi.

"Kau tau, Rai... awalnya aku terbangun karena mendengar suara gaduh di luar kamar. Hehe... saat aku keluar, aku hanya melihatmu berlari ke bawah dan pergi keluar tanpa menggunakan alas kaki apapun." Aku menatap Nanase dan segera memukulnya pelan.
"He-hei, apa salahku?" Tanya Nanase dengan tampang tak berdosanya.
"Kenapa kau tidak memanggilku? Huh!" Aku melipat kedua tanganku di depan dada dan memanyunkan bibirku.
"Maaf. Aku kira kau memang ingin pergi keluar untuk mencari tukang pos atau tukang koran... haha!" Aku memukul Nanase sekali lagi.

"Karena kau sudah bertindak aneh, sekarang kau harus mengantarku pulang!" Kataku sambil memalingkan wajah dari Nanase.
"Haha... tenang saja, tuan putri. Aku akan membawamu pulang."

Tiba-tiba, aku merasa Nanase mengangkat tubuhku dan... aku digendong oleh Nanase seperti putri kerajaan. Astaga, aku berpikiran apa ini?
"Nanase, turunkan aku!" Aku memukul-mukul Nanase lagi.
"Sudah, diam saja Rai. Nanti jika kakimu terluka, siapa yang akan mengurusnya? Tentu kau tidak mau diurus oleh Shoko maupun Takato kan?" Nanase tersenyum jahil ke arahku dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum melainkan aku tertawa terbahak-bahak. Akhirnya aku pun menyerah dan aku membiarkan diriku untuk digendong Nanase sampai ke kos.
"Baiklah... lakukan saja sesukamu. Hehe..."

Nanase Sakigawa

Gadis itu. Ya, memang gadis yang menarik. Entah mengapa tiba-tiba aku ingin menggendongnya. Haha... memang terdengar aneh, tapi aku merasa bahagia sekarang. Saat ini aku sedang berada di dalam taksi untuk menuju ke rumahku. Lagi-lagi aku meninggalkan kos karena keluargaku terlibat masalah lagi. Aku sendiri sampai lelah harus mengurus semuanya berkali-kali.

Setibanya aku di rumah, ya... aku harus melihat gerbang yang begitu besar dan taman yang begitu luas. Kenapa rumah ini begitu besar? Ya, maklum... lagi pula rumahku juga terletak di kawasan perumahan elit. Jadi, tidak ada salahnya jika rumah-rumah di kawasan ini memiliki gerbang yang besar dan tinggi. Aku masuk ke dalam rumah dan Chou serta Nonoru menyambutku. Mungkin ibu masih ada di kamarnya, karena ibu tidak tau bahwa aku kembali ke rumah hari ini.

Aku diajak Nonoru dan Chou ke dalam dapur. Dengan segera kami mendiskusikan semuanya di dalam dapur.
"Jadi?" Aku bertanya pada Nonoru dan Chou. Mereka berdua saling bertatapan lalu mengangkat bahu bersamaan. Aku hanya menghela napas dan berpikir lagi.
"Nanase, aku sendiri tidak tau harus bagaimana. Apa kau tau kapan ayah akan pulang?" Tanya Nonoru. Aku hanya dapat menggeleng pelan, sewaktu ayah pergi, ayah tidak mengatakan apapun ia pulang kapan.
"Hmm... apa mungkin hanya nyonya yang tau?" Tiba-tiba Chou menyahut. Aku dan Nonoru langsung menatap Chou. Mungkin saja benar. Bisa saja ibu tau kapan ayah akan kembali.

"Lalu? Sekarang bagaimana? Apa kita akan memberitahukan semuanya kepada ibu?" Tanya Nonoru lagi.
"Tidak. Lebih baik jangan dulu..."
"Sepertinya aku dapat ide!" Chou tiba-tiba mengacungkan jarinya dan aku mempersilahkan Chou untuk menjelaskan rencananya. Aku dan Nonoru pun mendengarkan rencana Chou dengan seksama. Ternyata Chou menyuruh aku dan Nonoru untuk pergi ke Shibuya bersama dan menunggu di tempat yang sama untuk mengintai. Lalu kami juga harus merekam semua kejadian yang terjadi. Sepertinya ide yang brilian.

Akhirnya aku merencanakan akan pergi ke Shibuya pada siang hari nanti bersama dengan Nonoru dan Nonoru pun menyetujuinya. Mudah-mudahan masalah ini dapat diselesaikan dengan baik.


bersambung....

No comments: