Saturday, January 16, 2010

The Story Part 1

The Beginning

Ia termenung sendirian sambil melihat kertas yang sedari tadi ia pegang. Tak lama kemudian air mata layaknya berlian itu berjatuhan ke kertas tersebut. Cepat-cepat ia membersihkan air mata yang ada di kertas itu dengan tangannya. Tanpa ia sadari, ia tak menyangka dapat bertemu dengannya di saat seperti ini. Di saat kehidupannya mulai berwarna, di saat kehidupannya mulai dipenuhi orang-orang yang dicintainya. Namun, entah mengapa sejak ia muncul kembali ia merasa ada yang hilang...

Ruroya Rai

AAAAAAAAAAA!! Tidak! Terlambat lagi! Seperti biasa aku selalu terlambat untuk pergi ke kuliah. Benar-benar sial. Oh ya, namaku Ruroya Rai. Sebenarnya nama asliku adalaha Ruroya Raishiru, karena Raishiru terlalu panjang, aku hanya menggunakan Rai saja. Lagi pula aku suka nama Rai. Aku kuliah di Gakurai Academy, aku mengambil jurusan seni di bagian keramik. Aku senang membuat keramik.

Lebih baik aku segera pergi ke Gakurai dari pada aku bercerita terlebih dahulu. Dengan cepat dan terburu-buru aku berjalan menuju Gakurai Academy yang hanya beberapa meter dari rumahku. Selama perjalanan aku hanya berpikir, alasan apa yang akan aku gunakan untuk membohongi guruku agar aku bisa masuk ke kelas. Namun, tiba-tiba saja ada seseorang yang memukulku dengan tasnya. Saat aku menoleh, ternyata teman sekelasku, Rikugan Sakurai.

"Riku? Kau terlambat juga?" Untuk informasi, Riku adalaha laki-laki. Aku menatap Riku dari atas sampai bawah, pakaiannya sudah berantakan dan basah. Pasti Riku berlari-lari untuk sampai ke sini.
"Menurutmu saja, bagaimana?" Riku balik bertanya kepadaku
"Ya, kau terlambat dan kau begitu kotor. Bagaimana kau akan menjelaskan kepada pak guru nanti?"
"Haha... kau seperti tidak kenal padaku saja. Aku bisa membuat alasan yang indah dan masuk akal serta dapat dipercaya oleh siapa pun." Kata Riku sambil tersenyum. Memikirkannya saja aku sudah menggeleng-gelengkan kepala.

Aku dan Riku memang biangnya terlambat. Aku terlambat bukan karena aku malas masuk seperti Riku, melainkan aku selalu bangun kesiangan karena aku tinggal sendirian dan tidak ada yang membangunkanku. Waktu itu aku berniat untuk mencari kos agar aku tidak tinggal sendirian lagi dan hari ini aku akan berburu mencari tempat kos yang enak untuk ditempati.

Untungnya, aku selamat dari amarah pak guru dan Riku lah yang terkena getahnya. Lebih baik jujur daripada membuat alasan yang tidak-tidak ya kan? Aku membuat keramik-keramik indah dengan serius. Melihat bentuk-bentuknya dengan jelas dan mengukirnya ketika sudah jadi. Hasilnya, aku mendapatkan nilai plus-plus. Haaa... bangganya (mata berbinar-binar). PLAK!

"Hei Rai! Jangan sombong terlebih dahulu, lihat ini aku membuat keramik yang begitu indah sehingga aku mendapatkan nilai plus-plus-plus! Gyahaha!" Ternyata Riku yang memukulku dan dengan sombongnya menunjukkan nilainya yang plus tiga-aku sendiri bingung kenapa ada nilai plus tiga-sambil memberikan efek suara tertawa jahat.
"Plus tiga? Aku baru tau ada nilai segitu. Aku kira hanya ada dua plus saja." Kataku sambil membuat keramik lagi dengan santainya. Sepertinya Riku semakin jengkel ya, tentu saja aku selalu membuat Riku jengkel karena hampir setiap hari kami selalu berlomba-lomba memenangkan sesuatu. Namun, karena hal tersebut aku dan Riku jadi berteman baik.

Pelajaran pun selesai, saatnya untuk pulang dan mencari tempat kos. Ya, itu jadwalku hari ini. Saatnya beraksi! Aku harap aku mendapatkan yang bagus.

Nanase Sakigawa

"Ibu tidak peduli! Pokoknya kau harus tetap tinggal di rumah ini. Kau tidak boleh pindah, jika kau berani-beraninya pindah dari rumah ini menuju tempat kos yang menjijikan itu, ibu tidak akan pernah memaafkan tindakanmu itu. Kau pikir untuk apa ibu memasukkan kau ke sekolah yang begitu bagus? Itu untuk masa depanmu, Nanase!" Lagi-lagi ibuku memarahiku seperti biasa. Aku memang tidak terbiasa tinggal di rumah semewah ini dan aku juga tidak tahan masuk sekolah untuk anak-anak yang... ya seperti itu. Aku mau pindah dari rumah ini dan pindah dari sekolah bodoh itu. Aku pergi meninggalkan ibuku dan masuk ke kamar. Walaupun ibuku terus memanggil-manggilku, aku tidak peduli dengan semua teriakannya. Namaku Nanase Sakigawa, sebenarnya aku senang dengan seni. Tapi karena aku masuk sekolah bodoh tadi, aku masuk ke jurusan kedokteran dan sekarang aku berniat untuk pindah ke Gakurai Academy. Tempat itulah yang aku incar sebelum aku lulus dari SMA. Untuk masalah rumah, aku mau mencari kos yang ada di dekat Gakurai Academy.

Malam harinya, aku diam-diam keluar dari rumah membawa semua barang-barang yang diperlukan dan beberapa uang yang aku simpan untuk keperluan mendadak. Aku menyusuri jalanan ditengah kegelapan. Aku melewati Gakurai Academy dan tiba-tiba saja aku tertarik dengan sebuah rumah yang lumayan besar yang ada di samping Gakurai Academy. Lebih beruntungnya lagi, rumah itu masih menyala berarti orang-orang yang ada di sana belum terkapar di tempat tidur dan menuju alam mimpi. Cepat-cepat aku pergi ke rumah itu.

Aku mengetuk pintunya perlahan dan mendapati seseorang membukakan pintu. Mungkin orang ini adalah penjaga kosnya. Aku tersenyum dan membungkuk memberi salam.

"Maaf mengganggu malam-malam. Aku Nanase Sakigawa sedang mencari tempat kos. Apa di sini masih ada tempat?" Tanyaku dengan sopan. Orang itu yang ternyata seorang wanita berumur 50an tersenyum kepadaku.
"Tentu saja ada, Sakigawa-san. Silakan masuk."

Aku melangkahkan kakiku ke dalam rumah tersebut dan mengikuti wanita tersebut. Ia menunjukkan kamarku. Nama wanita itu adalah Nishiwa Saki. Setelah aku memasuki kamar baruku yang tidak terlalu besar ini, namun aku tau aku akan merasa nyaman, aku meletakkan semua barang-barangku. Besok aku harus mendaftarkan diriku ke Gakurai Academy dan meminta surat untuk keluar dari sekolah bodoh itu. Ternyata tugasku memang masih banyak. Seandainya saja gadis itu masih ada di sini bersamaku, mungkin aku tidak akan semenderita ini.



bersambung...

1 comment:

Anonymous said...

wah bagus Ce :) tp kurang detail tuh. tp gw suka hehe :) bgus bgt