Ruroya Rai
Hari ini benar-benar melelahkan. Gakurai baru saja kedatangan murid baru dan aku merasa di hari yang sama aku sudah mendapatkan masalah dengan murid baru itu. Katanya ia mengenalku, tapi aku sama sekali tidak mengenalnya. Dasar aneh. Saat ini aku sedang bersama Riku, yang sekarang sudah menjadi pacarku. Riku mengantarku pulang ke kosku sekalian Riku juga mau lihat bagaimana tempat kosku terlihat.
"Rai, ini tempat kosmu? Lumayan, setidaknya tidak seperti tempat kos-kos yang lain." Kata Riku sambil tersenyum dan aku hanya mengangguk.
"Riku, aku pulang dulu ya. Terima kasih sudah mengantarku sampai sini." Aku membungkukkan badanku.
Tiba-tiba Riku memegang kedua bahuku lalu memelukku. Jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya dan wajahku mulai memanas.
"Sampai ketemu besok, Rai. Sampai jumpa." Riku pun tersenyum lalu pergi meninggalkanku.
Aku masuk ke dalam kos dan bertemu dengan Saki-san, ibu pemilik kos ini. Aku menyapanya terlebih dahulu, barulah aku masuk ke kamarku yang terletak di lantai 2. Sesampainya di lantai 2, aku bertemu dengan Shoko Iwamamura. Seorang wanita muda yang berumur sekitar 25 tahunan yang tinggal di sebelah kamarku.
"Selamat siang, Iwamamura-san!" Sapaku sambil tersenyum.
"Aduh, Rai. Panggil Shoko saja. Iwamamura terlalu panjang."
Shoko Iwamamura, wanita muda yang memiliki tubuh ramping bak model itu memiliki rambut yang berwarna coklat kemerah-merahan. Matanya pun juga indah, memiliki warna biru gelap.
"Umm... Shoko-san, aku masuk dulu ya. Salam kenal." Kataku sambil tersenyum dan disambut dengan anggukan Shoko.
Di dalam kamar, aku langsung menghempaskan diriku di atas kasur dan memikirkan banyak hal. Aku sendiri pun tidak percaya kalau saat ini aku sudah menjadi pacar Riku. Laki-laki yang selama ini aku kagumi diam-diam dan Riku pun tau jika aku memiliki perasaan untuknya. Tapi, di hari yang sama ini, aku bertemu dengan seorang lelaki muda yang cukup tampan, ia anak baru di Gakurai. Walaupun ia anak baru, seharusnya ia baru mengenalku juga, tapi ini beda, Nanase Sakigawa, ia mengenalku saat pertama melihatku.
Aku mengguling-gulingkan tubuhku di atas kasur, mencoba untuk menghilangkan semua pikiran-pikiran bodoh itu.
TOK! TOK! TOK!
Aku beranjak menuju pintu. Saat aku membuka pintu, aku sendiri terkejut. Yang berdiri di sana adalah... Nanase Sakigawa. Murid baru Gakurai Academy yang sudah mengenalku, tapi aku sama sekali tidak mengenalnya.
"Sakigawa-kun? Sedang apa kau di sini?" Tanyaku hati-hati.
"Aku? Aku tinggal di sini, tepat di depanmu."
Di depanku? Jadi, selama ini tidak terlihat karena ia sibuk di Gakurai. Astaga.
"Rai, apa benar kau tidak mengingatku sama sekali?" Nanase lagi-lagi bertanya seperti itu. Aargh! Aku tidak boleh berusaha untuk mengingat-ingat sesuatu, karena di sini tidak ada Riku yang bisa meredakan rasa sakitku.
"Maaf, mungkin kau salah orang, Sakigawa-kun. Namaku memang Ruroya Raishiru atau Ruroya Rai, tapi bisa saja Ruroya Rai yang kau kenal bukan aku. Maaf, Sakigawa-kun." Kataku sambil membungkukkan badanku.
"Rai, panggil aku Nanase tidak perlu Sakigawa. Baiklah, jika menurutmu begitu. Tapi aku tidak salah orang, yang aku cari memang kau, Rai. Aku hanya akan menunggumu sampai kau ingat siapa aku dan mengingat semua memori masa kecilmu dulu."
Memori masa kecilku? Apa mungkin ingatan itu yang hilang selama ini? Aku harus segera ke dokter. Arrgh! Kenapa aku harus mengalami amnesia sebagian? Akan ku kutuk mobil yang sudah membuatku celaka! Tiba-tiba pintu dari kamar yang berada di serong kananku terbuka. Nishimura Takato, pemilik kamar, keluar dari kamarnya.
"Oh, Nanase-kun dan Rai-chan! Baru bertemu ya kalian?" Takato menghampiri kami berdua dengan senyuman yang sangat lebar. Takato adalah pria muda yang umurnya hampir sama dengan Shoko. Laki-laki ini memiliki tubuh yang besar dan tinggi. Memiliki rambut yang agak gondrong yang tidak pernah dirapikan dan matanya pun berwarna hijau.
"Takato-san, iya aku baru bertemu dengannya hari ini di Gakurai." Kata Nanase sambil tersenyum. Dari raut wajah Nanase, aku lihat bahwa Nanase masih begitu sedih karena aku tidak mengingatnya.
"Haha... oh ya, nanti malam kan ada makan bersama, kita makan bersama yuk, ajak Shoko juga ya."
Setelah itu Takato turun ke lantai bawah. Di saat ini juga, kehidupan kos ku berawal dari sini. Aku tinggal bersama Nanase Sakigawa, yang ternyata teman sekelasku lalu bersama Shoko Iwamamura dan Nishimura Takato yang dua-duanya seperti kakak-kakakku saja. Aku harap aku dapat betah tinggal di kos ini.
Nanase Sakigawa
Setelah berkenalan dengan gadis yang bernama Rukia itu, hatiku sedikit terobati. Entah mengapa setiap melihat gadis itu tersenyum, aku merasa mendapatkan energi baru di tubuhku.
Aku berjalan sendirian menuju tempat kos. Tiba-tiba aku melihat seorang pasangan yang berdiri di depan rumah kos yang kutinggali itu. Pasangan itu adalah... ada Rai dan... Riku?
Dari yang ku lihat, Riku memeluk Rai dengan lembut seakan Rai itu hanya milik Riku saja. Mungkin memang mereka sudah jadian. Ya sudahlah, Rai juga tidak ingat padaku. Memang mengecewakan, tapi aku juga tdiak bisa memaksa Rai untuk terus mengingat-ingat tentang aku. Apalagi saat aku mendengar bahwa Rai pernah mengalami kecelakaan yang mengambil sebagian dari ingatannya. Aku menghela napas.
Saat Riku sudah pergi dari tempat itu, barulah aku melanjutkan perjalananku lagi dan sampailah aku di kamarku sendiri.
"Sakigawa-kun!" Teriak seorang ibu-ibu di depan kamarku. Cepat-cepat aku membukakakan pintu.
"Ada apa, Saki-san?" Tanyaku bingung.
"Seorang gadis yang tinggal di depanmu, aku lupa namanya. Kemarin ia mencarimu, katanya mau kenalan dengan semua penghuni kos. Lebih baik kau bertemu dengannya terlebih dahulu." Kata Saki sambil tersenyum dan disambut dengan anggukkanku.
Aku meninggalkan semua kegiatanku di kamar dan berjalan menuju kamar yang ada di depan kamarku. Saat aku mengetuk pintu kamar tersebut, seorang gadis yang membuka pintu tersebut. Rai? Sedang apa gadis ini ada di sini? Saat aku hendak bertanya seperti itu, Rai bertanya duluan padaku.
Aku menjelaskan pada Rai bahwa aku tinggal di tempat kos ini. Untungnya atmosferku dengan Rai masih baik-baik saja.
Malam harinya, aku makan bersama dengan Rai, Shoko (gadis yang tinggal di serong kiri kamarku), Takato (laki-laki yang tinggal di sebelah kamarku), serta Saki. Aku senang dapat kembali merasakan bagaimana rasanya makan bersama-sama di dalam satu rumah. Waktu aku masih tinggal di rumahku sendiri, orang tuaku tidak ada yang peduli satu sama lain. Bahkan makan malam saja sampai berpisah-pisah, hanya aku yang duduk di meja makan sendirian. Kakakku makan di kamar dengan enaknya sambil bermain game dan membaca komik, sedangkan ibu hanya makan di ruang tamu sambil nonton televisi. Ayah? Ia selalu pulang malam dan tidak pernah ada yang menyambut kepulangannya.
Pernah di suatu malam saat ayahku pulang, aku menunggu ayahku di meja makan. Berniat menemaninya makan nanti. Tapi usahaku itu tidak disambut dengan baik oleh ayahku. Aku malah didamprat habis-habisan oleh ayahku. Katanya aku harus tidur cepat karena besok masih sekolah, atau nanti aku sakit dan sebagainya. Maka dari itu aku tidak betah terus-terusan tinggal di rumah itu.
Sekarang aku sudah pindah ke kos yang sederhana ini. Aku harap aku bisa merasa betah dan bisa merasakan kekeluargaan di sini. Sampai akhirnya aku siap untuk kembali ke kehidupanku yang biasa, ya kembali ke rumahku dan keluargaku.
bersambung....
No comments:
Post a Comment