Tuesday, January 25, 2011

Chapter 2

HIKARI TASEGAWA

HI~SEGAWA-studio and wedding photography adalah nama studio sekaligus rumahku. Hi~Segawa sama saja artinya dengan nama panjangku, Hikari Tasegawa. Rumahku ini memang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Namun, aku cukup nyaman tinggal di tempat ini. Ketika aku hendak memasuki rumahku, di ruangan pertama dapat ditemui sebuah meja resepsionis dan beberapa rak yang menjual frame-frame foto serta macam-macam peralatan fotografi lainnya.

Studio atau rumahku ini memiliki 4 studio. 2 studio milik Chiko dan 2 lagi adalah milikku. Kami berdua memang sudah sepakat untuk membagi studio-studio tersebut. Lalu menuju pintu yang bertuliskan "Khusus Karyawan" dalam kanji Jepang, disitulah rumahku berada. Tempat di mana aku tinggal selama ini.

Melewati pintu tersebut, hal pertama yang akan dlihat adalah pembatas ruangan yang aku letakkan untuk membatasi pintu dengan ruang tamu. Pembatas ruangan ini sudah aku berikan dengan beberapa foto-foto seperti fotoku dengan Chiko, teman-temanku semasa kuliah, dan foto keluargaku. Setiap melihatnya aku hanya tersenyum-senyum sendiri sambil mengingat-ingat memori yang lucu. Setelah pembatas ruangan, disitulah tempat di mana aku menerima tamu yang datang ke rumahku (tentu saja berbeda dengan menerima tamu di studio). Rumahku terdiri atas 2 lantai. Lantai bagian bawah memiliki beberapa ruangan penting seperti kamari Chiko (jika ia menginap), lalu ruang makan, dapur, kamar mandi, tempat di mana aku dan Chiko mencuci foto serta galeri-galeriku dengan Chiko. Sedangkan yang bagian atas, kamarku berada di lantai tersebut dan ada pula ruangan di mana aku menyimpan peralatan fotografiku seperti lensa, filter, tripod, flash, tas-tasnya, dan masih banyak lagi.

SERGIO TATSUYA

Suasana New York, masih seperti itu saja. Penuh dengan gaya hidup yang modern dan saat ini aku sedang duduk di dalam limo ibuku. Semenjak ibuku menjadi terkenal karena butik yang diluncurkannya sukses berat, ibuku menjadi wanita terkaya di daerah tempat tinggalnya.

"Sergie, how's Tokyo? I've never been there anymore." Ibuku memang senang memakai kata 'aku' dibanding berbicara 'ibu/mom'. Ya, hal ini disebabkan karena ibuku mau mengulang kembali masa mudanya.
"Tokyo? Still looks usual as before. Dad's okay also. Why don't you come and visit him?" ibuku langsung membuang muka. Memang, 2 tahun yang lalu ayah dan ibuku bercerai. Aku sendiri tidak mengerti kenapa. Adikku, Whitney Claire Fran, ya namanya memang ada ke-Amerika-annya karena ayah dan ibuku memang sepakat untuk menamai anak laki-laki dengan nama belakang ayahku "Tatsuya" dan nama anak perempuan dengan "Fran".

Aku dan Whitney sudah berusaha meyakinkan mereka agar tidak bercerai, tetapi mereka tetap bersikeras mau bercerai. Menurutku, menikah antas bangsa yang berbeda seperti itu memang ide buruk.

"I don't want to see him... no, no, no... I never want to see him again!" aku menunduk dan menghela nafas panjang.
"I never understand with you guys. You're my mother, and he's my father and both of you are my parents, also Whitney is my little sister." aku memandang keluar jendela. Jalanan terlihat sepi dan hanya limo ibu yang melintas di jalan tersebut.
"Whitney, she's with me now. Susuke will never see her again, if he... if he don't want to come to New York by himself and visit me!" aku diam dan setelah itu aku tidak berbicara lagi. Aku lelah dengan sikap ibuku yang egois. Memangnya, menurut ibu, ayah tidak sibuk di Jepang?





bersambung...

No comments: