Saturday, January 29, 2011

Chapter 5

HIKARI TASEGAWA

Aku berjalan menyusuri mall Plaza Indonesia. Mall ini memang tidak begitu asing bagiku, karena jika aku berkunjung ke Indonesia, aku selalu ke mall ini. Pakaian-pakaian yang dijual di Plaza Indonesia ini juga bermacam-macam dan menurutku ada yang unik juga modis. Aku mencari-cari sosok Angela di bioskop. Anehnya, kenapa meeting point-nya di bioskop? Padahal mau bertemu di foodcourt juga bisa.

"Hikari!" aku menoleh dan melihat Angela berlari-lari kecil ke arahku dan ternyata ia tidak sendiri, Angela bersama dengan temannya.
"Hei, Ngel!" aku melambai pada Angela.
"Ri, perkenalkan ini temanku yang meminta pertolonganmu, namanya Lavenia." aku mengulurkan tanganku ke Lavenia dan Lavenia menyambut uluran tanganku.
"Hikari"
"Lavenia"
"Baiklah, kalian sudah saling mengenal, ayo kita ke Ex dan duduk di Yogulicious, aku mau makan yoghurtnya" ajak Angela.

Aku duduk sambil membawa beberapa contoh foto pre-wed. Lavenia pun segera melihat contoh-contohnya sementara Angela masih sibuk membeli yoghurt. Aku menarik nafas panjang dan menghembusnya perlahan. Lavenia menatapku.
"Bagaimana?" tanyaku pada akhirnya.
"Apa konsepnya bisa berbeda dengan yang ada di buku ini?" tanya Lavenia sambil membolak-balik buku contoh tersebut.
"Hmm... sebenarnya konsepnya terserah konsumen. Justru aku ingin mendapatkan ide untuk membuat konsep baru supaya gak terlihat membosankan. Apa kamu punya ide lain?" Lavenia mengangguk sambil tersenyum.
"Kebanyakan dari fotomu, Ri, semuanya lebih mengutamakan permainan cahaya di suatu ruangan, tapi aku ingin supaya pemotretan ini dilakukan di luar ruangan dan karena aku suka sekali dengan pantai dan taman, aku ingin melakukan pemotretan di sana. Bagaimana, Ri?"

Aku mendengarkan Lavenia dengan penuh seksama dan ya, lumayan ide yang menarik. Aku memang jarang memotret pemandangan seperti pantai dan taman kecuali memotret awan di padang rumput yang luas -menurutku awan itu lucu, jadi aku senang memotret awan-. Tiba-tiba saja aku ingin ke toilet.

"Hikari, jangan kebanyakan melamun ya, tidak baik hehe..." kata Lavenia sambil tersenyum manis. Aku membalas senyuman Lavenia dan mengangguk.
"Hehe, iya maaf. Eh, aku ke toilet dulu ya. Sudah gak tahan." Dengan cepat aku berlari-lari ke lantai 2 Ex. Toiletnya memang ada di lantai 2. Ketika aku hendak mendorong pintu masuk toilet perempuan, aku mendengar suara BUAK! Cepat-cepat aku mengintip. Ternyata ada seorang wanita cantik dengan pakaian mewah jatuh terduduk sampai semua barangnya tercecer.

"Aduh-aduh, maaf!" Aku langsung membantu membereskan barang-barangnya. Tetapi wanita itu menepis tanganku dan menatapku dingin.
"Jangan pegang-pegang barangku! Semua ini berharga! Pergi kau cewek jelek!" kata wanita itu dan aku langsung mengernyitkan dahiku. Sombong sekali wanita ini, pikirku.

Tanpa memedulikan wanita itu lagi, aku masuk ke bilik toilet dan... ya tidak perlu diberitahu.

SERGIO TATSUYA

"No, no, no, no! You're not allowed to go with your brother! You're my only daughter you know!" aku sedang duduk di dalam butik sambil menghirup udara segar, sementara aku terus mendengarkan perdebatan antara ibuku dan Whitney.
"I still want to go, mom!" Whitney tetap bersikeras mau ikut denganku ke Indonesia.
"I said NO!! For what purpose, Whitney? You better stay with me in New York!"
"Why, mom? I'm not a kid anymore! I want to go with my brother!"
"Whitney!! Why did you always disobey me? You want me to lose my patient?" aku terkejut ketika ibuku mulai meninggikan suaranya. Cepat-cepat aku beranjak dari tempat dudukku dan menghampiri mereka. Aku menyentuh bahu ibuku sehingga ibuku menoleh.

"I beg you, mom. Just let Whitney go, let her see the world outside. I promise I will take care of Whitney." kataku sambil tersenyum. Ibuku mendecakkan lidah dan menatapku sambil berkacak pinggang.
"No! I said no! I don't want to! For what purpose Whitney has to go to Indonesia and be far from me?"

Setelah itu ibu pergi meninggalkan aku dan Whitney. Aku menengok ke arah Whitney dan melihat wajahnya begitu sedih. Aku merangkul Whitney lalu mengecup keningnya.
"Sudahlah, tidak usah bersedih pasti ada waktunya kau bisa pergi" Whitney langsung memelukku lalu menangis.
"Tapi aku ingin ikut, Nii-san! Aku tidak tahan hidup bersama ibu! Aku mau bersama ayah juga!" rengek Whitney. Tiba-tiba saja ide gila muncul di otakku. Aku tau ide ini terdengar gila tapi aku akan membawa kabur Whitney bersamaku ke Indonesia.

"Whitney, aku ada ide, bagaimana jika sekarang kita pergi ke tempat yang sepi supaya aku dapat lebih mudah untuk membicarakannya, oke?" aku mengajak Whitney ke ruang ganti. Whitney pun mengikutiku dari belakang. Aku duduk di bangku kosong yang ada di sudut ruang ganti.
"Ada apa, Nii-san? Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Whitney.
"Aku sudah menemukan cara supaya kau bisa ikut ke Indonesia. Tapi, aku rasa resikonya besar sekali." kataku sambil menatap langit-langit. Whitney tiba-tiba menodorongku ke tembok dan terlihat matanya berbinar-binar.
"Bagaimana, Nii-san? Aku tidak peduli dengan resiko-resiko itu, yang penting aku mau ikut dengan, Nii-san!" kata Whitney sambil menarik kerah bajuku.
"Uuuughh... iya-iya! Whitney, jangan seperti ini. Tidak enak tau!"

Setelah Whitney beranjak dariku, aku membereskan pakaianku yang berantakan. Aku bangkit berdiri lalu menoleh ke arah Whitney.
"Baiklah, aku berangkat tengah malam nanti. Ketika ibu masih tidur aku akan datang ke kamarmu dan untuk nanti, kau harus cepat-cepat membereskan pakaian yang mau kau bawa." Whitney langsung mengangguk dengan semangat.
***
Akhirnya, aku tiba juga di rumah "mewah" ini. Aku menghela nafas. Hari ini benar-benar lelah. Aku harus membantu-bantu membereskan pakaian-pakaian di sana. Pakaian yang dijual di butik tersebut sangat banyak. Aku tak mengerti, apa mungkin ibu mendesain semua pakaian mewah sebanyak itu?

Aku berjalan ke kamarku atau bisa dibilang kamar tamu. Aku duduk di pinggir tempat tidur dan berpikir untuk rencana nanti. Aku merebahkan tubuhku di kasur sambil menatap langit-langit. Ketika sedang asyik-asyiknya melamun, ponselku tiba-tiba saja berdering, aku beranjak dari tempat tidur dan mengambil ponselku. Aku melihat ke arah layar, ternyata ayah yang meneleponku.
"Moshimoshi" sapaku
"Gio, besok kau ke Indonesia ya?" tanya ayahku
"Iya, memangnya ada apa, yah?"
"Beritahu ayah jika besok kau sudah tiba ya. Ayah juga mau ke sana." aku membelalakan mata dan langsung bertanya.

"Ke Indonesia? Ayah? Ada apa memangnya, yah? Aku ke Indonesia hanya untuk menghadiri pesta pernikahan temanku. Ayah bisa menunggu di Tokyo saja. Setelah dari Indonesia, aku akan segera kembali ke Jepang."
"Haha... bukan begitu. Temanmu yang menikah itu, orang tuanya adalah teman ayah. Ayah baru diberitahu kemarin bahwa anaknya segera menikah." aku pun hanya mengangguk-angguk.
"Baiklah. Ayah berangkat kapan?" tanyaku sambil berjalan menuju jendela kamar. Hari sudah semakin gelap. Aku tersenyum ketika melihat suasana tersebut, setidaknya besok aku bertemu dengan ayahku.
"Ayah berangkat malam hari, ya lebih tepatnya hari ini. Ya sudah, ayah maish ada kerjaan. Ja ne!"

Aku meletakkan ponselku kembali di meja dan tersenyum. Beruntung sekali ayah ke Indonesia. Whitney pun bisa bertemu dengan ayah pada akhirnya.




bersambung....

No comments: