Wednesday, March 10, 2010

The Story Part 45

Ruroya Rai

Aku menyeka air mataku ketika aku melihat gadis itu ada di depanku. Aku berdiri dan mendekati gadis itu. Tanpa berpikir panjang aku menarik kerah baju gadis itu, Rukia.
"Jelaskan semuanya kepadaku!" Aku berbicara sedikit keras di depan Rukia.
"Rai, tenang dulu. Aku... aku akan menjelaskannya." Ketika Rukia berbicara seperti itu, aku melihat sebuah cincin yang menggantung di jari manis Rukia. Kenapa cincin itu mirip dengan cincin yang dibawa-bawa Riku dulu? Aku menarik tangan Rukia.

"Ini cincin Riku kan'? Kenapa ada di jarimu?!" Rukia hanya menghela napas.
"Rukia adalah mantan tnangan Riku... cincin itu merupakan cincin tunangan mereka..." Nanase tiba-tiba berteriak dari kejauhan dan ia mendekati kami berdua. Aku membelalakan mata ketika mendengar Nanase berbicara seperti itu.

Aku melepaskan tangan Rukia dan menatap ke arah lain dengan tatapan kosong.
"Tunangan?" Aku bergumam pelan dan Rukia mengangguk pelan. Aku merasa seluruh tubuhku bergetar dan akhirnya aku jatuh teruduk di tanah.
"Ke-kenapa?" Nanase segara mengangkatku berdiri. Aku maish menatap ke arah lain dengan tatapan kosong. Aku tidak percaya dengan semua ini! Bagaimana mungkin? Kenapa Riku tidak menceritakan semuanya padaku?
"Mana mungkin? Tidak mungkin... haha! Semua ini tidak mungkin... TIDAK MUNGKIN!! Tidak mungkin, Rukia!! Semua ini bohong!!" Aku mulai berteriak-teriak tidak jelas sambil menyerang Rukia lagi. Nanase menarikku dan menarikku dalam pelukannya. Aku menangis dalam dekapan Rukia.

"Rai!! Tenang dulu!" Nanase mulai menenangkanku sementara aku menangis histeris.

Semua itu bohong kan' Riku? Aku tidak percaya dengan semua itu. Katakan bahwa semua ini bohong! Tidak mungkin kan' kau bertunangan dengan gadis yang tidak punya teman di Gakurai itu? Riku...

Nanase Sakigawa

Aku terkejut ketika melihat Rai hilang kendali. Ia menyerang Rukia begitu saja. Namun, dengan cepat aku langsung menarik Rai ke dalam pelukanku. Ia menangis histeris dalam dekapanku. Aku hanya dapat menenangkannya dan Rukia hanya melihat ke arahku dengan perasaan bersalah. Aku hanya memberi tanda agar Rukia cepat-cepat menjelaskan semuanya lalu pergi dari tempat ini. Rukia pun maju selangkah ke arahku.

"Rai, aku... aku akan menjelaskan semuanya kepadamu..." Rukia menghentikan kalimatnya dan aku langsung menatap ke arah Rukia. Menurutku, Rukia bingung mau memulai dari mana karena Rukia sendiri juga tidak enak dengan Rai.
"Umm... aku dan Riku sebelum kami bertemu denganmu, aku dan Riku sudah bertunangan selama 2 tahun. Tapi, suatu saat Riku tiba-tiba membatalkan pertunangan kami. Aku sendiri juga tidak mengerti kenapa. Namun, sejak saat itu aku mulai membenci Riku dan bukan karena aku benci Riku aku melakukan tindakan yang bodoh dengan mencelakakan Riku. Sudah itu saja, aku pergi dulu." Dengan cepat aku menyuruh Rukia untuk pergi dari tempat ini sebelum Rai meledakkan amarahnya lagi.

Suasana pun langsung menjadi sepi seketika. Tinggalah aku berdua dengan Rai. Rai masih menangis dalam dekapanku. Aku hanya membelai rambut Rai.
"Nanase... katakan... katakan semuanya... semuanya itu bohong!" Akhirnya Rai bersuara juga. Aku merasa kasihan pada Rai. Aku tau saat ini ia pasti merasa begitu sakit karena ia baru mengetahui semua kebenarannya sekarang.
"Semua itu nyata, Rai. Maaf karena sudah berkata seperti itu. Tapi, apa yang dikatakan Rukia tadi, semuanya itu nyata. Rukia memang pernah bertunangan dengan Riku. Maaf..." Bajuku pun mulai terasa basah karena air mata Rai. Rai mendongakkan kepalanya dan menatapku. Matanya sembab dan agak kemerahan. Benar-benar menangis sangat parah.

"Kenapa Nanase? Kenapa Riku tidak memberitahukanku?" Aku menggeleng pelan. Aku sendiri pun juga tidak tau, Rai. Aku hanya berharap pada saat ini juga, Riku muncul di tempat ini dan menjelaskan semuanya di depanku dan Rai.
"Sudahlah, lebih baik sekarang kita kembali ke tempat kos. Pasti Shoko dan yang lainnya sudah mencari kita. Ayo..." Rai pun mengusap-usap wajahnya dan mengangguk pelan.

Setelah itu aku menggandeng Rai untuk kembali ke tempat kos...




bersambung...

No comments: