Setibanya aku di kos. Aku langsung pergi ke kamarku dan duduk di atas tempat tidurku. Aku terus melamun sambil memikirkan semua kata-kata Rukia tadi. Rukia adalah tunangan Riku. Kenapa aku baru tau sekarang?
Aku menengadah ke atas langit-langit. Riku, kenapa kau tidak memberitahuku? Aku pergi ke arah meja riasku dan mengambil kotak pemberian Riku. Aku membaca suratnya lagi dan melihat cincin yang diberikan Riku. Semuanya ia berikan kepadaku. Cincin ini juga.
Aku kembali melompat ke tempat tidurku dan membenamkan wajahku di bantal dan akhirnya aku pun jatuh tertidur karena tadi aku sudah menangis histeris sampai aku lelah...
Cerita bersambung di sini...
Nanase Sakigawa
Ketika tiba di kos, aku membiarkan Rai melakukan apapun yang ia sukai. Tapi ternyata Rai pergi ke kamarnya dan langsung mengurung diri seperti biasa. Shoko dan yang lainnya hanya berkata padaku bahwa dulu Rai lebih parah sampai beberapa hari tidak mau keluar dari kamarnya. Aku hanya menghela napas ketika mendengar semua itu. Memang terdengar menyedihkan, tapi apa Rai dapat merubah sikapnya itu?
Aku beranjak dari sofa yang ada di ruang tamu menuju kamarku sendiri. Ketika tiba di dalam kamar, aku melihat ke arah meja belajarku. Aku mengernyitkan dahi ketika aku menemukan sebuah amplop putih. Aku membuka amplop tersebut dan ternyata surat tersebut berasal dari Riku. Astaga, setelah lama tidak mengirim surat akhirnya Riku mengirimiku surat lagi. Aku membaca surat dari Riku dengan seksama.
Untuk sahabatku, Nanase...
Nanase! Apa kabar? Maaf ya, lama tidak menghubungimu. Entah mengapa tiba-tiba orang yang akan mengirim surat ini absen terus. Tapi akhirnya surat ini tiba juga ke tempatmu. Oh ya, aku sudah terima balasanmu yang waktu itu. Rukia yang menabrakku? Astaga. Umm... dan kau juga sudah tau semua kebenarannya kan? Maaf ya aku tidak memberitahukanmu dari awal. Bagaimana dengan Rai? Kau masih menjaganya kan'? Aku titip permohonan maafku untuknya. Arigato Nanase! Dan Nanase, tolong katakan pada Rukia bahwa aku sudah memaafkan semua kesalahannya. Sebenarnya Rukia memang membenciku sampai ingin membunuhku waktu itu. Tapi, yang ia katakan mengenai kecelakaan waktu itu, hal itu bukan karena ia sengaja. Ia sendiri tidak sadar ketika menabrakku. Haha... mungkin saja takdir. Tapi tidak apa. Semoga kau bahagia dengan yang lainnya ya... Sampai nanti Nanase!
Rikugan Sakurai
Selesai membaca surat tersebut, aku meletakkan surat itu di atas meja dan mengambil ponselku. Tiba-tiba surat itu menghilang seperti biasa. Aku hanya tersenyum melihat surat itu yang perlahan-lahan menghilang. Aku mencari-cari nomor ponsel Rukia setelah itu aku menghubunginya.
"Moshimoshi, ada apa Nanase?" Jawab Rukia dari seberang sana.
"Rukia... ada suatu hal yang ingin aku beritahukan kepadamu."
"Ya, apa itu?" Aku berjalan ke arah balkon dan menghirup udara segar yang ada di luar.
"Riku sudah memaafkan mu atas kejadian waktu itu." Kataku sambil tersenyum. Terasa jeda sesaat.
"Benarkah?"
"Iya... aku tidak berbohong, Rukia. Riku mengirimiku surat." Kataku sambil tersenyum lagi.
"Surat? Bagaimana bisa?" Aku menahan tawaku.
"Ceritanya panjang, Rukia..."
"Ayo, kau harus menceritakan semuanya kepadaku!"
Aku pun tidak bisa menghindar dari permohonan Rukia dan akhirnya aku menceritakan semua tentang Riku. Dari awal aku bertemu dengannya sampai akhirnya aku bisa surat menyurat dengannya.
bersambung...
No comments:
Post a Comment