Ruroya Rai
Aku duduk diam di dalam kamarku sendiri. Aku bingung dengan tingkah laku Nanase semalam. Kenapa ia tiba-tiba menangkap tanganku dan berkata seperti... umm... ah, sudahlah. Aku hanya bingung dengan Nanase. Itulah intinya.
"Rai!!" Aku mendengar suara Shoko dari luar. Dengan segera aku membuka pintu kamarku dan Shoko langsung menerobos masuk ke dalam kamarku begitu saja.
"Hei, Shoko. Ada apa?" Aku langsung menutup pintuku. Shoko dengan cepat langsung melompat ke atas tempat tidurku.
"Aku ingin bicara denganmu, Rai. Hehe..." Aku bingung... kenapa Shoko dari tadi terus tersenyum?
"Apa yang ingin kau bicarakan, Shoko?" Tanyaku sambil duduk di atas tempat tidurku.
"Ada apa denganmu dan Nanase?" Aku langsung menatap Shoko ketika Shoko bertanya seperti itu.
"Aku dan Nanase?" Shoko mengangguk.
"Aku tidak ada apa-apa dengan Nanase. Umm... kenapa kau bertanya seperti itu, Shoko?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi.
Shoko tersenyum lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya.
"Tidak apa. Aku hanya sedang tertarik dengan kalian berdua. Menurutku, kalian berdua itu cocok. Kenapa tidak kalian mencoba untuk menjalani hubungan bersama? Mungkin Nanase dapat membahagiakanmu..." Aku menatap Shoko.
"Haha... aku belum bisa melupakan Riku. Mungkin, jika Nanase memang jatuh cinta padaku mungkin cintanya akan bertepuk sebelah tangan karena aku masih belum menginginkan siapa pun untuk masuk ke dalam hidupku kecuali Riku." Kataku sambil memain-mainkan ujung pakaianku.
Aku sendiri tidak habis pikir, kenapa aku bisa berbicara seperti itu? Ya, aku memang belum bisa melupakan Riku. Tapi suatu saat, mungkin saja aku akan melupakannya dan sekarang aku tidak ingin melupakannya. Aku tidak ingin seseorang menggantikan posisi Riku saat ini. Walaupun Riku sudah tiada, aku tetap mencintainya.
"Astaga, Rai. Kenapa kau tega melakukan hal itu pada Nanase?" Aku memukul Shoko pelan.
"Memangnya kau tau apa, Shoko? Haha... sudahlah. Aku mau berganti baju dulu."
"Dasar kau, Rai."
Setelah itu Shoko keluar dari kamarku. Aku kembali duduk di atas tempat tidurku dan memikirkan semua kata-kata Shoko. Kenapa sekarang kata-kata Shoko yang mengganggu pikiranku? Kenapa ia harus berbicara seperti itu tadi? Dasar aneh.
Nanase Sakigawa
Saat ini aku sedang berjalan-jalan seperti biasa. Di daerah Shibuya. Aku pergi ke beberapa toko buku dan membeli beberapa manga. Setelah membeli manga, aku pergi ke sebuah kafe terdekat dan duduk di dalamnya menikmati kopi yang dingin. Sebentar lagi musim gugur dan aku akan segera kembali ke Gakurai. Haha... aku merindukan Gakurai entah mengapa.
Aku menyesap kopi tersebut dengan perlahan-lahan. Merasakan setiap tetes kopi yang melintasi mulutku. Kopi yang dingin ini kini menyegarkan tenggorokanku yang tadinya kering. Sambil membaca manga, aku sudah merasakan suasana di sekitarku mulai menyenangkan.
Setelah selesai membaca manga. Aku meletakkan manga tersebut ke dalam kantung plastik. Aku meminum kopi dinginku sampai habis dan melihat ke depan untuk melihat-lihat suasana yang ada di Shibuya. Shibuya memang terkenal dengan keunikan daerahnya. Setiap pagi ataupun malam, tempat ini tidak pernah tidur. Selalu saja dipadati oleh penduduk.
Ketika sedang asyik-asyiknya mengobsevasi, aku melihat sosok yang mirip dengan seseorang. Aku menyipitkan mataku berharap mendapatkan gambaran yang jelas. Aku langsung mundur dan terkejut ketika melihat wajah orang tersebut. Kenapa ia ada di sini? Bukankah ia seharusnya berada di luar negeri dan bekerja? Kenapa ia ada di sini dan pergi bersama dengan... wanita lain?
bersambung...
No comments:
Post a Comment