Ruroya Rai
Sudah kuputuskan, aku akan kembali ke Tokyo besok. Aku tersenyum ketika membayangkan bagaimana suasana saat aku kembali ke Tokyo dan tinggal kembali di tempat kos bersama dengan yang lainnya, kecuali Nanase. Mengingat Nanase tidak kembali ke kos saja sudah membuatku merasa kesepian lagi. Apalagi sudah berhari-hari di Sapporo tanpa kehadiran Nanase. Aku menghela napas panjang.
Aku melamun selama beberapa detik, tiba-tiba aku sadar aku mau menghubungi Shoko. Dengan cepat tanganku bergerak meraih ponselku yang aku letakkan di meja sebelah tempat tidurku. Aku mencari-cari nomor ponsel Shoko di ponselku. Setelah itu menghubunginya langsung.
"Moshimoshi!" Sapa Shoko dari seberang sana.
"Shoko, hehe... apa kabar?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Rai!! Hehe... aku baik-baik saja. Astaga aku merindukanmu, Rai!" Aku tersenyum ketika Shoko berbicara seperti itu.
"Hehe... tenang saja, kau tidak akan merindukan aku lagi setelah itu." Terasa jeda sesaat.
"Tidak akan merindukanmu lagi? Maksudmu, Rai?" Shoko terdengar bingung sekali.
"Hehe... maksudku, besok aku akan segera kembali ke Tokyo!" Aku berjingkrak-jingkrak di kamar.
"Kembali ke Tokyo?!! Aaaa!!! Senangnya!!" Shoko pun juga berteriak-teriak di seberang sana.
"Aku tidak sabar untuk menunggu hari esok, Rai!" Kata Shoko lagi. Aku hanya tersenyum-senyum sendiri di kamar.
Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan Shoko, akhirnya aku memutuskan sambungan. Aku meletakkan kembali ponselku dan kembali melamun. Aku tak percaya, besok aku akan segera kembali ke Tokyo. Bertemu dengan teman-temanku kembali. Tapi sesuatu yang berbeda akan segera terjadi di sana. Festival Obon akan segera dilaksanakan juga dan pada acara tersebut, aku akan pergi ke makam Riku. Ya, di sana mungkin aku akan bertemu dengannya lagi, setelah lama aku tidak bertemu dengannya.
Aku berjalan ke arah jendela. Menyentuh kaca jendela sambil melihat ke arah luar. Hamparan rumput yang berwarna hijau kekuning-kuningan memberikan suasana yang begitu indah di Sapporo. Aku tersenyum melihat keindahan tersebut. Andaikan, aku dapat melihat keindahan Jepang bersama dengan Riku. Tapi, kenapa kau pergi begitu cepat Riku? Aku merindukanmu lagi...
Nanase Sakigawa
Di pagi hari yang cerah, aku terbangun di dalam sebuah kamar yang kecil dan sempit. Aku melihat ke sekeliling, aku tersenyum. Ya, aku telah kembali ke tempat kos yang begitu nyaman untuk ditempati. Aku menghirup udara segar yang ada di dalam kamarku. Bau khas yang begitu menyegarkan. Aku beranjak dari tempat tidurku, berdiri mengangkat tanganku ke atas dan merenggangkan otot-otot tubuhku.
Aku berjalan ke lemari pakaianku dan mengambil beberapa helai pakaian. Lalu berjalan ke arah pintu. Saat aku membuka pintu, tiba-tiba Shoko sudah berada di depanku. Aku terkejut dan segera mundur untuk menjauh dari Shoko.
"Ada apa, Shoko? Tiba-tiba seperti ini." Aku bertanya pada Shoko.
"Kau tau, Nanase..." Aku menggeleng pelan. Ya, tentu saja, karena aku tidak mengerti apa yang akan dikatakan Shoko.
"Dasar kau, Nanase! Kau tau, Rai akan kembali ke Tokyo besok!" Kata Shoko sambil tersenyum. Aku terkejut dan hampir saja aku menjatuhkan barang-barangku.
"Besok? Bukankah Rai akan kembali ke Tokyo di akhir musim panas?" Shoko menggeleng sambil mengangkat bahu. Tandanya Shoko tidak mengerti apa-apa.
"Sudahlah, Nanase. Jika memang Rai mau kembali besok, masa kau akan melarangnya juga? Lebih baik, kita semua membuat kejutan untuknya. Bagaimana?" Aku berpikir. Menurutku, kata-kata Shoko ada benarnya juga dan akhirnya aku mengangguk pelan sambil tersenyum.
Ya, aku akan segera membuat kejutan untuk Rai. Untuk menyambut kedatangannya di Tokyo besok. Ternyata aku baru ingat, besok juga ada Festival Obon. Di acara itu aku akan segera mengunjungi makam Riku. Baiklah, jangan pikirkan itu dulu. Aku harus memikirkan bagaimana cara mengejutkan Rai.
Setelah mendengar berita tersebut, aku langsung bergegas untuk menyiapkan semua peralatan untuk menyambut kedatangan Rai besok. Aku tak menyangka Rai akan kembali besok. Apa mungkin karena besok bertepatan dengan Festival Obon, Rai memutuskan untuk kembali? Apa Rai juga mau mengunjungi makam Riku?
Saat ini aku sedang berjalan di daerah Harajuku. Tempat ini mengingatkan aku akan kejadian menyedihkan waktu itu. Aku melamun melihat ke arah jalanan, tiba-tiba dari penglihatanku terlihat tubuh Riku yang tergeletak di atas aspal dengan dilumuri darah. Aku menampar pipiku sendiri dan menggeleng-geleng pelan. Nanase, apa yang sedang kau pikirkan? Dasar bodoh!
Aku melewati jalan tersebut dan tiba-tiba aku menginjak sesuatu. Aku melihat ke bawah dan menemukan sebuah benda yang bersinar-sinar. Warnanya keemasan. Aku mengambil benda kecil tersebut dari tanah.
"Cincin?" Aku bergumam pelan ketika menatap cincin tersebut.
"Oh ya, kau orang yang waktu itu kan? Ini cincin temanmu yang terjatuh waktu itu." Tiba-tiba ada seseorang yang berkata seperti itu sambil menyentuh pundakku. Aku menoleh menatap orang tersebut.
"Apa kau yakin?" Aku tidak percaya dengan kata-kata orang itu.
"Tentu saja aku yakin. Aku sengaja meletakkan cincin ini di jalan dan melihat siapa yang mungkin akan menyadarinya jika mereka menginjak sesuatu." Aku mengangguk-angguk saat mendengar kata-kata orang tersebut.
"Baiklah, arigato sudah menjaga cincin ini."
Setelah itu aku pergi meninggalkan orang tersebut. Aku berjalan sambil sesekali melihat ke arah cincin tersebut. Aku mempererat genggamanku pada cincin tersebut. Benda ini adalah benda peninggalan Riku. Aku harus segera mengembalikannya.
Sekembalinya dari pergi belanja di Harajuku, aku memutuskan untuk pergi ke makam Riku. Makam Riku masih terlihat berseih dan pada batu nisannya tertulis nama Riku dalam kanji katakana dan hiragana yang diukir dengan indah. Aku menyentuh batau nisan tersebut. Lalu aku mengeluarkan cincin tersebut dari saku celanaku dan meletakkannya di atas batu nisan tersebut. Aku mengucapkan beberapa doa.
"Riku, semoga kau bahagia di sana. Oh ya, aku mau melakukan pengakuan. Maaf baru mengatakannya saat ini. Umm... aku menyukai Rai. Aku ingin bersamanya. Tapi, ia masih belum mengingatku sama sekali. Aku tidak tau harus bagaimana. Tapi sampai saat ini, aku masih mencintai Rai. Maafkan aku, Riku."
Setelah mengatakan hal tersebut, aku pergi meninggalkan makam Riku. Aku tersenyum sambil menengadah ke atas langit. Akhirnya, setelah sekian lama, aku dapat mengatakan semuanya kepadamu, Riku...
bersambung...
No comments:
Post a Comment