Ruroya Rai
Setibanya di rumah, Michiru langsung berlari mendahuluiku memasuki rumah. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Udara di musim panas pun terasa semakin panas. Ya, tentu saja karena saat ini sudah memasuki musim panas. Aku mengibas-ngibaskan tanganku karena aku mulai kepanasan. Aku masuk ke dalam rumah dan mendapati ibuku sedang menyaksikan acara di televisi. Aku mengucapkan salam pada ibuku.
Ketika aku hendak pergi ke kamarku, ibuku tiba-tiba memanggilku. Aku segera berbalik dan berjalan ke arah ibu yang sedang duduk di matras yang ada di lantai. Aku pun ikut duduk di atas salah satu matras yang sudah disiapkan.
"Ada apa, bu?" Tanyaku sambil menatap wajah ibuku. Tampaknya ibu sudah mengetahui semuanya dari Michiru. Michiru memang cepat jika membawakan pesan untuk ibuku.
"Rai, apa benar kau ingin kembali ke Tokyo?" Ibu memasang tampang sedih dan kecewa. Aku mulai merasa tidak enak pada ibu dan aku menundukkan kepalaku.
"Maaf, bu. Ini keinginanku. Aku ingin menyelesaikan sesuatu di Tokyo dan aku juga memiliki beberapa alasan lagi, kenapa aku ingin kembali ke Tokyo." Ibu menatapku. Wajahnya yang sudah terlihat tua di mata orang lain, tapi di mataku tidak tetap terlihat cantik di usia tuanya saat ini.
"Kenapa, Rai?" Aku menghela napas.
"Sepertinya aku mulai mengingat sesuatu. Karena itu, untuk memastikannya, aku ingin kembali di Tokyo dan tinggal seperti biasa di sana." Ibuku terkejut ketika mendengar bahwa aku sudah mulai mengingat sesuatu.
"Kau, sudah mengingatnya? Astaga! Baiklah, Rai. Ibu tau kau memang tidak memenuhi janjimu, tapi tidak apa. Ibu akan mengizinkanmu kembali ke Tokyo. Tapi, tetap kabari ibu dan ayah ya." Kata ibuku sambil tersenyum.
"Tentu saja aku akan selalu memberi kabar, bu."
Setelah perbincangan singkat dengan ibuku, aku pergi menuju kamarku. Membereskan barang-barang yang akan aku bawa ke Tokyo nanti. Mungkin, aku akan kembali ke Tokyo dalam beberapa hari lagi. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk kembali ke Tokyo.
Riku, aku akan segera kembali ke Tokyo dan mencari tau tentang pelaku yang sudah membuatmu seperti ini. Aku janji, Riku. Oh ya, Riku... akhir-akhir ini aku mulai mengingat sesuatu. Aku masih belum begitu yakin dengan apa yang aku lihat di ingatanku. Tapi, apa kau tau siapa laki-laki yang ada di ingatanku sebenarnya? Aku begitu penasaran, Riku. Aku tidak mendapatkan satu petunjuk apa pun mengenai laki-laki itu. Sungguh membingungkan.
Aku berjalan ke arah jendela dan menyentuh kacanya. Terasa panas. Ya, karena kaca jendela kamarku terus-terusan disinari oleh cahaya matahari. Aku menatap ke arah luar sambil melihat keindahan pedesaan Sapporo yang begitu indah. Aku senang dapat tinggal di sini. Sapporo memang kota kelahiranku. Aku tersenyum ketika melihat 2 ekor pasangan burung yang terbang bersama-sama. Aku membayangkan bahwa 2 burung itu adalah aku dan Riku. Aku yakin aku akan sangat bahagia dapat terbang bersama Riku.
Riku, lagi-lagi aku merindukanmu...
Nanase Sakigawa
Akhirnya, malam hari pun tiba. Ayah juga sudah pergi ke Seoul untuk melanjutkan pekerjaannya di sana. Aku menghela napas lega. Ayah tidak ada di rumah dan aku bisa kembali ke tempat kos. Dengan cepat aku membawa barang-barangku dan berpamitan dengan ibu, Nonoru, dan Chou. Mereka mengantarku sampai ke gerbang depan rumah.
Aku berjalan sendirian di bawah sinar lampu jalanan dengan perasaan yang senang. Akhirnya, setelah sekian lama aku disekap di rumah, aku dapat kembali lagi ke tempat kos itu. Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya aku sampai di depan tempat kos. Tempat kos ini masih sama seperti yang dulu. Tidak berubah sama sekali. Aku tersenyum dan berjalan mendekat ke arah pintu kos. Mempersiapkan hati dan jiwa, takut tiba-tiba ada beberapa orang yang menyerangku dari dalam. Aku menghela napas panjang lalu mengetuk pintu dengan pelan.
Pintu kos terbuka, jantungku pun berdetak lebih cepat dari biasanya. Tidak pernah aku merasa begitu tegang ketika kembali ke tempat ini. Tapi, kenapa hari ini aku merasa begitu tegang? Entahlah. Ternyata Shoko yang membuka pintu. Awalnya, Shoko tidak melihat wajahku dengan jelas karena di luar begitu gelap. Namun, tiba-tiba Shoko mengenaliku dan langsung memelukku. Takato dan Saki yang melihat dari dalam langsung berlarian untuk memelukku.
"NANASE!!" Semua langsung berteriak memanggil namaku. Aku hanya tersenyum dan aku merasa sangat senang dapat kembali ke tempat kos ini lagi. Shoko dan yang lainnya langsung mengajakku masuk ke dalam, membawaku ke dalam kamarku. Oke, aku merasa menjadi orang baru lagi di tempat ini. Saki juga membuatkan hidangan selamat datang untuk ku. Aku menghirup aroma makanan Saki dan tersenyum ketika merasakan aroma makanannya begitu enak.
Aku makan dengan lahap bersama dengan yang lainnya. Aku tidak percaya dapat kembali seperti ini lagi setelah sekian lama tidak makan bersama seperti ini. Aku merindukan rasa kekeluargaan di tempat ini.
"Aku senang dapat kembali ke sini lagi." Kataku memulai pembicaraan.
"Kami semua sangat senang dengan kehadiranmu lagi, Nanase." Kata Saki sambil tersenyum. Aku mengangguk dan membalas senyuman Saki.
"Oh ya, teman-teman. Ketika musim panas berakhir nanti, Rai akan kembali ke Tokyo. Aku ingin, kita semua membuat kejutan untuknya. Kejutan selamat datang serta kejutan kembalinya aku ke kos ini. Bagaimana?" Shoko, Takato, dan Saki langsung mengangguk bersama. Mereka mau membuat kejutan untuk Rai. Mereka semua ternyata sangat merindukan aku dan Rai.
Aku senang memiliki teman-teman yang sekarang sudah aku anggap keluargaku sendiri yang begitu perhatian kepadaku. Mereka pun tidak peduli dengan status sosialku yang ternyata adalah aku berasal dari keluarga kaya raya dan ternama. Mereka pun juga tidak menjauhiku ketika aku mengalami depresi berat, tapi ya aku tidak menghargai perhatian mereka pada waktu itu. Aku terus menghindar dan tidak pernah menghubungi mereka. Saat itu aku merasa bersalah.
Tapi hari ini jauh berbeda dari hari biasanya, aku sudah kembali ke tempat kos ini dan berkumpul bersama-sama di tempat ini. Aku bersyukur dapat kembali ke tempat ini.
bersambung...
No comments:
Post a Comment