Ruroya Rai
Aku berjalan dengan langkah gontai menuju tempat kosku. Aku masuk ke ruang tengah dan melihat ke sekeliling. Saat ini, aku benar-benar merasa aneh. Tiba-tiba aku ditinggal pergi Riku dan aku juga ditinggal pergi Nanase. Kenapa semua orang pergi begitu saja dari kehidupanku? Aku terus berdiri mematung di ruang tengah sampai akhirnya Shoko melihatku dan ia bingung dengan tingkah lakuku.
"Rai, ada apa denganmu?" Tanya Shoko dan aku langsung menangis dengan hebat di dekapan Shoko.
Selama kurang lebih 2 jam aku menangis, akhirnya aku bisa menenangkan diri. Aku duduk di ruang tamu bersama dengan Shoko. Setumpuk kertas tisu sudah aku habiskan dari tadi dan 2 gelas air pun juga sudah aku habiskan. Sepertinya aku sudah mengeluarkan beberapa beban yang ada di hatiku.
"Rai, apa kau sudah bisa menceritakan semuanya pada ku?" Tanya Shoko hati-hati, takut aku menangis lagi. Tapi aku sudah tidak sesegukan dan aku sudah bisa berbicara dengan lancar jadi aku bisa menceritakan semuanya. Aku menghela napas panjang.
"Hari ini, entah mengapa, aku merasa ada sesuatu yang aneh pada diriku. Tadi Riku sempat menciumku." Kataku dan disambut dengan tatapan Shoko yang membelalak.
"Riku... menciummu? Lalu, apa yang terjadi sampai akhirnya kau seperti ini?"
"Aku sendiri juga tidak mengerti. Saat itu aku benar-benar terkejut karena Riku menciumku, lalu aku berkata pada Riku bahwa hal tersebut harusnya dilakukan dengan orang yang dicintai. Saat aku berkata seperti itu, Riku tiba-tiba marah dan memukul tembok lalu pergi meninggalkanku." Kataku sambil menunduk meremas-remas pakaianku sendiri.
Shoko merangkulku dan mengguncang-guncang tubuhku.
"Dasar bodoh, tentu saja Riku akan marah jika kau berkata seperti itu. Memangnya, ayo katakan padaku, memangnya kau tidak mencintai Riku?" Tanya Shoko sambil tersenyum. Aku menoleh ke arah Shoko.
"Memangnya kau pikir aku mencintai siapa lagi selain Riku?" Aku balik bertanya pada Shoko. Shoko melepaskan rangkulannya dan bersenderan pada sofa.
"Hmm... mungkin ada seseorang yang saat ini sedang dekat denganmu dan kau merasa jatuh cinta padanya. Tapi, sejujurnya kau mencintai Riku kan?"
"Ya, tentu saja aku mencintai Riku. Tapi, aku tidak pernah tau bagaimana caranya aku menunjukkan rasa cintaku pada Riku. Aku selalu saja mengecewakannya."
"Tenang saja, hal tersebut kau bisa serahkan kepadaku!"
Setelah itu aku dan Shoko berbincang-bincang sampai malam pun tiba. Saat aku berada di kamar, aku mengingat-ingat kata Shoko tadi. Apa benar aku jatuh cinta pada seseorang yang sedang dekat denganku? Tapi, dengan jujur aku sangat mencintai Riku. Jadi, untuk apa Shoko berbicara seperti itu? Oh Tuhan, tolong bantu aku menemukan semua jawaban dari teka-teki ini.
Nanase Sakigawa
Malam hari di Sapporo terlihat begitu indah. Meskipun berbeda dengan di Tokyo. Di Sapporo aku tinggal di sebuah pedesaan dan saat aku pergi ke lantai atas rumah Shiori, aku bisa melihat hamparan padang rumput yang luas. Jika di Tokyo, aku hanya melihat gedung-gedung yang memancarkan lampu-lampu dari dalamnya.
Saat ini aku sedang duduk-duduk di atap rumah Shiori, ya seperti biasa aku hanya sendirian memainkan flap ponselku. Aku melihat ponsel yang kugenggam, tadinya aku berniat untuk menelepon ke kos, tapi karena aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak memberitahukan tentang kepergianku, jadi aku mengurungkan niatku sendiri. Aku melihat ke langit-langit, sama seperti di Tokyo, langit malam masih bertaburan dengan bintang-bintang indah.
"Hei, Nanase, sendirian saja. Tidak bermain bersama Nonoru?" Tanya Shiori yang tiba-tiba datang ke atap juga.
"Haha... untuk apa aku bermain dengannya? Dari pada bermain bersamanya, lebih baik aku menyendiri saja." Kataku sambil tersenyum.
"Dasar kau, Nanase. Huaa... bintangnya cantik-cantik ya. Aku senang kau ada di sini, Nanase." Shiori gadis yang seumuran denganku memiliki rambut panjang yang indah berwarna hitam pekat dan warna matanya pun sama dengan warna mataku yaitu hitam pekat juga. Ia selalu saja tersenyum di mana pun ia berada. Aura Shiori pun selalu menenangkan, seandainya Shiori ada di Tokyo bersama denganku mungkin aku akan merasa tenang setiap hari.
"Haha... aku juga senang bisa berkunjung ke Sapporo setelah sekian lama berpisah, hehe."
Iya benar, aku memang merindukan Sapporo, entah mengapa dan aku memutuskan untuk tinggal beberapa hari di tempat ini.
bersambung....
No comments:
Post a Comment