Wednesday, February 24, 2010

The Story Part 36

Ruroya Rai


Aku menjalani hari-hariku di Sapporo seperti biasa. Tanpa kehadiran Nanase maupun Riku. Ke mana ya mereka? Aku tau Nanase saat ini ada di Tokyo, tapi bagaimana dengan Riku? Aku merindukanmu, Riku. Aku ingin cepat-cepat kembali ke Tokyo. Tapi, aku sudah berjanji pada keluargaku kalau aku akan kembali ke Tokyo ketika musim panas berakhir. Bagaimana ya?

Saat ini aku sedang berada di kamar sambil memperhatikan cincin yang diberikan Riku. Aku menghela napas pelan. Apa yang sedang Riku lakukan di atas sana ya? Aku ingin bertemu dengannya.

"Nee-chan!!" Michiru, adik perempuanku berteriak dari luar kamarku. Aku mendesah dengan kesal. Ada apa dengan Michiru? Setiap hari selalu menggangguku.
"Ada apa, Michi?" Aku membuka pintu dengan kasar.
"Hai, Nee-chan. Jangan marah-marah lagi ya. Aku hanya mau mengajak nee-chan jalan-jalan. Mau ikut?" Kata Michiru sambil tersenyum dan kemarahanku pun langsung mereda. Setelah itu aku mengangguk.

Aku kira Michiru hanya akan menggangguku seperti biasa. Tapi kenyataannya tidak. Michiru mengajakku pergi ke sebuah pasar yang ada di Sapporo. Aku sendiri bingung kenapa tiba-tiba Michiru mengajakku ke tempat ini. Ternyata Michiru ingin berbelanja sesuatu untuk kebutuhan di Tokyo nanti. Pasar di Sapporo ini menjual barang-barang yang lebih murah dibandingkan dengan barang-barang yang ada di Tokyo. Karena itu aku dan Michiru lebih sering berbelanja di tempat ini.

Michiru membeli beberapa barang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Ia membeli beberapa peralatan dapur dan lain-lain. Setelah semua barang lengkap, ia membeli gulali yang di jual di pasar tersebut. Saat Michiru menawarkannya, aku hanya menggelengkan kepala. Aku memang kurang suka dengan makanan yang manis-manis. Aku mengajak Michiru untuk duduk di bangku taman yang dekat dengan pasar tersebut. Michiru dengan lahapnya memakan gulali tersebut sementara aku hanya menyeruput ocha dingin yang tadi baru aku beli.

"Michi..." Aku memanggil Michiru lalu menyeruput ocha dinginku lagi. Michiru menoleh sambil tersenyum.
"Ya?"
"Aku ingin kembali ke Tokyo." Terasa jeda sesaat.
"Kenapa, nee-chan? Nee-chan bilang. nee-chan akan kembali ke Tokyo ketika musim panas berakhir." Aku mengangguk pelan, di dalam hatiku keluarlah perasaan bersalah.
"Aku tau. Tapi, aku ingin... argh, bagaimana menjelaskannya. Aku bingung, Michi. Kau ingat Nanase?" Tanyaku sambil menoleh ke arah Michiru. Michiru pun mengangguk. Sepertinya Michiru masih ingat dengan Nanase.
"Ada apa dengan Sakigawa-kun?"
"Entah mengapa, aku seperti mulai mengenal laki-laki itu. Karena itu, aku ingin mencari tau dan aku ingin kembali ke Tokyo." Kataku sambil menundukkan kepalaku.
"Nee-chan... seperti yang ibu katakan waktu itu, nee-chan memang seharusnya mengenal Sakigawa-kun." Michiru tersenyum ke arahku. Aku mengangguk pelan.
"Jadi... apa nee-chan akan kembali ke Tokyo?" Aku menoleh dan menatap Michiru. Aku sendiri pun tidak tega meninggalkan keluargaku karena aku sudah berjanji pada keluargaku sendiri.
"Ya... aku akan segera kembali ke Tokyo dalam beberapa hari ini."
"Baiklah, aku harap nee-chan akan menemukan apa yang nee-chan cari." Kata Michiru sambil tersenyum dan aku segera memeluk adikku tercinta. Michiru memang penyemangat hidupku walaupun terkadang aku sempat kesal dengannya.

Dalam perjalanan pulang, aku berkata pada Riku melalui pikiranku. Riku, sebentar lagi aku akan kembali ke Tokyo. Aku akan mengunjungi makammu. Tunggu aku ya, Riku. Aku ingin menemuimu di sana. Aku akan mengajak Nanase dan yang lainnya juga. Karena... kami semua merindukanmu. Aku tau pasti yang lain juga merindukanmu.

Nanase Sakigawa


Hari ini, aku akan diam di rumah untuk beberapa saat. Nanti malamnya, aku akan segera pergi meninggalkan rumah ini dan tinggal kembali di tempat kos itu. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Shoko, Takato, serta Saki. Bagaimana kabar mereka sekarang ya? Karena aku penasaran, aku segera meraih ponselku yang kuletakkan di meja kamarku. Aku mencari nomor telepon kos di ponselku. Setelah itu terdengarlah beberapa nada sambung.

"Moshimoshi!"
"Hei, masih mengingatku?" Aku mencoba untuk terdengar misterius.
"Hmm? Nanase? Hah?! Nanase?? Apa benar ini Nanase???" Ternyata yang mengangkat adalah Shoko. Aku selalu mengenal cara bicara Shoko, ia adalah wanita muda yang selalu mudah terkejut ketika bertemu dengan teman lamanya.
"Hei, Shoko. Hehe... lama tidak berbincang-bincang." Kataku sambil tersenyum.
"Ya Tuhan, Nanase!! Sudah lama sekali kau tidak menghubungi kami. Kau ke mana saja selama liburan musim panas? Waktu itu aku lupa bertanya." Tanya Shoko dari seberang sana.
"Aku baru saja kembali dari Sapporo. Aku liburan musim panas pergi ke sana dan menginap di rumah saudaraku." Terasa jeda sesaat.
"Kau ke Sapporo? Berarti kau bertemu dengan Rai juga?"
"Ya, aku bahkan mengajaknya pergi bersama ke festival musim panas."
"Dan sekarang kau sudah ada di Tokyo?! Astaga! Senangnya!!! Oke, besok kau harus membuat janji untuk bertemu denganku. Aku sangat merindukanmu dan Rai, tempat kos ini terasa begitu sepi tanpa kehadiran kalian berdua. Kau tau, setiap hari Takato kerjaannya tidur terus selama kalian berdua tidak ada." Aku mengernyitkan mataku saat mendengar Shoko berkata seperti itu.

"Takato tidur terus? Hmm... bisakah kau panggilkan Takato? Aku ingin bicara dengannya."
"Baiklah, tunggu sebentar." Telepon diletakkan dan terdengarlah suara Shoko yang berteriak memanggil Takato. Aku menunggu Takato untuk segera mengambil teleponnya sambil menendang-nendang beberapa pakaian kotor yang lupa aku keluarkan di kamarku.
"Ya?" Terdengarlah suara Takato tiba-tiba.
"Hei, Takato! Apa kabar?" Tidak ada jawaban. Ada apa ya di sana? Aku pun mulai bingung. Namun, ketika aku hendak bertanya kenapa tiba-tiba...
"NANASE SAKIGAWA!! Ke mana saja kau?! Kenapa tidak pernah mengatakan satu patah pun kepadaku?" Takato tiba-tiba saja berteriak dengan begitu keras.
"Hei-hei, sabar Takato. Aku hanya pergi berlibur ke Sapporo untuk menemui saudaraku. Maaf jika aku tidak pernah mengatakan apa-apa padamu." Kataku sambil tersenyum lagi.
"Baiklah. Dimaafkan, tapi lain kali jangan seperti itu lagi. Kau hanya membuat kami semua khawatir, kau tau itu?" Takato mulai menceramahiku.
"Iya, aku tau, Takato. Maafkan aku. Oh ya, Takato... aku harap ketika aku memberitahu tentang ini, kau tidak membeberkannya kepada Shoko maupun Saki, oke? Kau harus berjanji padaku." Aku mulai memiliki sebuah rencana.
"Baiklah. Memangnya apa, Nanase?" Aku mengambil napas panjang dan membuangnya perlahan-lahan lalu tersenyum seperti biasa.
"Aku akan segera kembali ke tempat kos malam ini. Jadi, tolong rapikan kamarku ya, Takato dan jangan katakan hal ini pada Shoko dan Saki. Oke?"
"Baiklah, Nanase! Haha... senangny!" Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan Takato, akhirnya kami mengakhiri sambungan telepon.

Aku mulai mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa nanti sambil mendendangkan beberapa lagu kesukaanku. Hari ini aku sangat senang, aku akan kembali ke tempat kos dan kembali bersekolah di Gakurai Academy untuk melanjutkan studi dengan membawa nama Riku. Riku teruslah melihatku, karena aku akan melanjutkan studiku dengan membawa namamu seperti yang kau pesankan waktu itu. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu, Riku! Sebagai sahabatmu...



bersambung...

No comments: