Ruroya Rai
"Nee-chan!! Bangun!!"
Dipagi hari yang cerah, seharusnya aku bangun dengan perasaan damai. Tapi, kenyataannya tidak seperti itu. Adikku, Michiru sudah mengguncang-guncang tubuhku dan membuatku merasa jengkel. Dasar Michiru tidak tau diri.
"Michi! Hentikan!! Aku masih mengantuk!" Kataku sambil mengambil selimut dan bersembunyi di bawahnya. Michiru mendecakkan lidah lalu menarik selimutku jauh-jauh.
"Aaaaah!!!! MICHI!!!!!" Sial, apa-apaan ini? Aku beranjak dari tempat tidurku dan mengejar Michiru yang sudah melarikan diri terlebih dahulu.
Aku tiba di lantai bawah dan melihat ke seluruh ruangan. Ke mana adikku itu pergi? Sial! Pagi-pagi sudah mencari masalah denganku! Aku menghentakkan kakiku dengan keras dan kesal.
"Michi, aku tau kau ada di sana. Jika kau tidak mau keluar, lihat saja ya, akan aku ambil Moe-chan mu!" Moe-chan adalah boneka beruang kesayangan Michiru. Michiru tidak suka jika orang lain mengambil Moe-channya dan Michiru pun tidak bisa terpisahkan dari Moe-chan. Setelah aku mengatakan hal tersebut, aku mendengar suara yang tergesah-gesah. Akhirnya Michiru keluar juga dari tempat persembunyiannya.
"Nee-chan! Jaaangaaan!!! Maafkan aku, nee-chan!" Michiru langsung berteriak-teriak tidak jelas, padahal aku sama sekali belum mengambil Moe-channya.
"Hei, Michi! Lihat tanganku, aku belum mengambilnya. Jika kau tidak mau diperlakukan seperti itu, lain kali kalau mau membangunkanku, sebaiknya kau lebih berhati-hati."
"Hehe... maaf, nee-chan! Baiklah, aku akan berhati-hati, hehe!"
Aku menghela napas panjang melihat tingkah laku adikku yang aneh. Matahari pagi sudah berhasil masuk ke dalam rumahku. Aku melangkah ke arah pintu dan membukanya perlahan. Udara di luar masih terasa sejuk walaupun sekarang sudah memasuki musim panas. Ya, nanti malam festival musim panas akan segera dimulai. Aku tersenyum, di dalam benakku rasanya aku ingin cepat-cepat mengenakan yukata tersebut.
Riku, perhatikan aku terus ya sampai nanti saat festival musim panas. Kau akan melihatku memakai yukata yang indah. Hehe... aku harap kau bahagia di sana, Riku. Setelah itu, aku pergi ke kamar dan segera mandi untuk menyambut musim panas.
Aku pamit pada ayah dan ibuku untuk pergi ke taman di dekat rumahku. Aku ingin merasakan keindahan taman di Sapporo. Mencoba untuk mengingat-ingat tentang ingatan masa kecilku. Aku harap aku dapat mengingat semuanya.
Nanase Sakigawa
Selama seminggu sudah aku tinggal di Sapporo. Hari ini aku juga akan menghadiri festival musim panas di Sapporo bersama dengan keluarga Tatsuya. Saat ini, aku sedang membantu Shiori mencoba yukatanya lagi. Repotnya, aku harus selalu menilai bagaimana penampilan Shiori. Saudaraku yang satu ini memang tidak suka memiliki penampilan buruk, karena itulah ia selalu bertanya pada setiap orang bagaimana penampilannya terlihat.
Sambil menunggu Shiori mengganti pakaiannya, aku melihat ke arah jendela seperti biasa. Hari ini udara terasa begitu panas, matahari terus menembakkan cahayanya ke daerah ini. Aku mengibas-ngibaskan tanganku karena aku mulai kepanasan.
"Shiori! Sudah belum?" Aku langsung berteriak memanggil Shiori karena menurutku, ia lama sekali dan aku sudah mulai kepanasan di dalam ruangan ini.
"Sebentar!! Sedikit lagi!" Kata Shiori dari balik bilik tempat untuk berganti pakaian.
"Aaargh! Aku sudah matang di sini. Cepatlah, Shiori." Aku masih mengibas-ngibaskan tanganku karena aku sudah merasa matang-mungkin agak aneh-berada di dalam ruangan ini.
Puji Tuhan. Akhirnya Shiori keluar juga dari tempat tersebut. Shiori keluar dengan menggunakan yukata yang waktu itu aku pilihkan untuknya. Ia tersenyum manis ke arahku, entah mengapa tiba-tiba aku merasa jantungku berdetak dua kali lebih cepat. Shiori... saat ini Shiori terlihat begitu cantik. Cepat-cepat aku memalingkan wajahku dan menatap ke arah jendela lagi. Takut wajah yang mulai memerah ini dilihat oleh Shiori.
"Hei, lihat sini, Nanase! Bagaimana menurutmu?" Tanya Shiori sambil berputar-putar.
"Umm... bagus. Hehe... sangat cocok dengan tubuhmu. Seperti yang waktu itu aku katakan." Aku masih memalingkan wajahku dari Shiori.
"Nanase, lihat ke arah sini! Aku di depanmu, bukan di sampingmu, jadi jangan melihat ke arah jendela." Shiori menyentuh daguku dan... tidak! Shiori akan melihat wajahku yang merah padam. Cepat-cepat aku memejamkan mata agar aku tidak perlu menatap Shiori. Shiori melepaskan sentuhannya lalu mendecakkan lidah.
"Nanase, kau kenapa sih? Aku tau kenapa kau bertingkah laku seperti itu, sudahlah ayo berikan komentar. Buka matamu, Nanase." Dengan perlahan aku membuka mataku, ya... Shiori memang terlihat cantik. Hei, Nanase! Ingat, Shiori adalah saudaramu dan Shiori juga sudah punya pacar.
Aku menghela napas dan menatap ke arah Shiori. Sepertinya ia masih menunggu komentar dariku. Aku tersenyum dan melupakan hal-hal bodoh tadi.
"Haha... kau terlihat cantik, Shiori. Kau cocok menggunakan yukata yang aku pilihkan." Shiori pun tersipu malu.
"Hehe... terima kasih, Nanase. Aku jadi tidak sabar untuk menunggu nanti malam." Kata Shiori sambil berjingkrak-jingkrak.
"Shiori, memangnya kau akan mengajak Takara-san ke sini?" Junoichi Takara adalah nama pacar Shiori. Biasanya dipanggil Takara. Waktu itu aku sempat melihatnya saat Shiori mengundang Takara ke rumahnya. Aku memang belum banyak bicara dengannya, tapi kelihatannya Takara adalah laki-laki yang baik hati.
"Tentu saja, Nanase. Hehe... kau pikir, aku akan pergi ke festival sendirian? Aku akan pergi bersama Takara." Kata Shiori sambil tersenyum.
"Lalu... kau akan meninggalkanku begitu saja? Hehe... baiklah kalau begitu." Aku sedikit kecewa.
"Aaah! Bukan seperti itu, tentu saja kau boleh bersamaku. Tapi, bukankah kau akan pergi bersama Rai?" Tanya Shiori dan terbersitlah ide tersebut di pikiranku. Dengan cepat aku mengambil ponselku yang berada di saku celanaku. Shiori pun tertawa.
"Haha... Nanase, apakah aku baru saja memberikan ide?" Dan aku mengangguk sambil tersenyum disambut dengan suara tawa Shiori lagi. Dengan cepat aku menuliskan pesan singkat untuk Rai.
To: Rai, Ruroya
Rai, apa kabar? Lama tidak berbincang-bincang. Hei, apa kau jadi datang ke acara festival nanti? Pasti datang kan? Apa kau mau pergi bersamaku nanti? Aku tunggu jawabanmu ya, Rai.
Setelah itu aku mengembalikan ponselku ke tempat asal. Shiori masih melihatku dengan tatapan jahilnya. Aku tau, sebentar lagi tindakan jahil Shiori akan keluar. Kenapa semua itu harus terjadi? Tiba-tiba ponselku bergetar. Cepat-cepat aku melihat ponselku, ternyata ada 1 pesan masuk. Aku tersenyum dan berjalan mondar-mandir di ruangan yang masih panas itu.
From: Rai, Ruroya
Hei, Nanase! Aku baik-baik saja. Tentu saja aku datang ke festival, aku ingin sekali pergi ke festival itu. Hmm... aku mau pergi bersama denganmu. Tapi, aku juga harus bersama dengan keluargaku, jadi bagaimana?
To: Rai, Ruroya
Tidak apa. Lagi pula aku kenal baik dengan keluargamu. Baiklah, akan aku jemput nanti pukul 7. Tunggu aku ya, Rai :)
Aku tersenyum lega karena akhirnya Rai mau juga pergi denganku nanti. Jadi, aku tidak perlu menjadi pengganggu di antara 2 insan yang sedang menjalin kasih. Ya, Shiori dan Takara-san.
"Jadi?" Tanya Shiori membuyarkan lamunanku. Aku hanya memberikan tanda ibu jariku sambil melukiskan senyuman yang sangat amat lebar di wajahku. Senangnya...
bersambung....
No comments:
Post a Comment