Monday, February 15, 2010

The Story Part 28

Ruroya Rai


"Ibu, aku ingin kembali ke Sapporo."

Saat ini aku sedang berbicara dengan ibuku melalui ponselku. Aku ingin sekali kembali ke Sapporo, bertemu dengan keluargaku.
"Rai, kenapa? Lalu, Michiru mau kau tinggal di Tokyo sendirian?" Tanya ibuku dari seberang sana. Aku memanyunkan bibirku sambil memainkan ujung pakaianku.
"Aduh... ibu tidak mengerti. Keadaanku di sini jauh dari baik-baik saja. Aku sedang mengalami depresi berat. Ibu ingat Riku?"
"Tentu saja ibu ingat. Ibu merindukannya, Rai." Kata-kata ibuku saat ini sama seperti kata-kata yang biasanya aku ucapkan.
"Aku juga merindukannya, bu. Tapi, Riku telah tiada."
"Apa? Astaga, maafkan ibu. Aduh... Rai, maafkan ibu!" Ibuku pun langsung merasa bersalah.
"Tidak apa. Boleh ya, bu? Aku juga merindukan keluarga ku di sana. Michiru pasti bisa menjaga dirinya sendiri, aku yakin. Ia kan' adikku yang paling kuat, jadi aku yakin Michiru pasti bisa bertahan sendiri." Kataku sambil tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu. Kapan kau akan pergi ke Sapporo?"
"Mungkin besok, hari ini aku mau pergi membeli barang-barang yang aku butuhkan."
"Tidak perlu repot-repot, Rai."
"Tidak merepotkan kok, bu. Baiklah, sampai nanti!"

Setelah menelepon, aku segera mangambil mantelku dan keluar dari kos diam-diam. Aku memang tidak ingin bertemu dengan Shoko, Takato, maupun Saki. Karena aku tidak ingin mereka bertanya macam-macam padaku. Aku berjalan menuju Shibuya untuk membeli beberapa barang untuk ibuku. Biasanya aku akan membelikan ibuku yukata untuk dikenakan saat musim panas nanti. Aku ingin merayakan festival musim panas di Sapporo bersama dengan keluargaku. Ketika sedang asyik-asyiknya memilih yukata yang bagus, ponselku berdering. Ternyata ada 1 pesan masuk.

From: Sakigawa, Nanase
Rai, aku akan kembali ke Tokyo ketika festival musim panas di Sapporo berakhir. Tidak apa kan'? Maaf aku tidak bisa merayakan festival musim panas di Tokyo.


To: Sakigawa, Nanase
Tidak apa. Aku juga akan pergi ke Sapporo. Keluargaku kan' ada di sana. Aku akan merayakan festival musim panas bersama dengan keluargaku. :)


From: Sakigawa, Nanase
Benarkah? Baiklah kalau begitu. Sampai nanti, Rai.


Aku tersenyum saat melihat pesan yang terakhir. Aku memasukkan ponselku ke dalam tas dan melanjutkan kegiatan memilih-milih yukata yang indah. Setelah mendapatkan apa yang aku inginkan, aku langsung kembali ke tempat kos.

Hari-hari memang terasa sangat sepi jika tidak ada Riku yang menemaniku saat ini. Aku menghela napas panjang dan menengadah ke langit. Untungnya langit sudah kembali ceria, tidak berwarna abu-abu lagi dan sang matahari yang aku tunggu-tunggu pun sudah muncul. Aku tersenyum dan akhirnya aku bisa menghilangkan beberapa beban kesedihanku.

Nanase Sakigawa


Hari ini aku menemani Shiori berbelanja di sebuah butik terkenal. Shiori ingin mencari yukata untuk dikenakan saat festival musim panas nanti. Aku membantu memlihkan beberapa yukata yang lucu untuk Shiori. Ada beberapa macam yukata yang memiliki gambar-gambar yang unik dan lucu. Aku memlihkan Shiori yukata yang berwarna merah muda dengan gambar bangau putih di kainnya.

"Bagaimana dengan yang ini?" Tanyaku sambil mengangkat yukata tersebut.
"Apa kau yakin dengan pilihanmu ini, Nanase?" Shiori balik bertanya padaku.
"Astaga, kau yang ingin membelinya, kenapa kau balik bertanya padaku? Kau mau atau tidak? Aku hanya menawari yang ini, karena aku lihat yukata ini akan cocok dengan bentuk tubuhmu." Kataku sambil tersenyum. Shiori pun mengangguk dan akhirnya Shiori mengambil yukata yang tadi aku pilihkan untuknya.

Keesokan harinya, aku menunggu seseorang di stasiun Sapporo. Sesekali aku menatap jam tanganku. Lama sekali shinkansen itu. Beberapa menit kemudian, shinkansen yang berasal dari Tokyo tiba juga di stasiun Sapporo. Aku menyunggingkan senyuman ketika mengetahui hal tersebut. Dilihatnya dari kejauhan, seorang gadis bertubuh ramping dan memiliki rambut hitam pekat yang terurai. Tidak salah lagi, itu Rai. Aku melambai ke arah Rai dan Rai dengan cepat menghampiriku.

"Sudah lama ya, Nanase?" Tanya Rai ketika bertemu denganku. Aku mengangguk dan memasang tampang kecewa.
"Haha... Nanase, tampangmu itu lucu sekali. Ayo, antarkan aku ke rumah keluargaku. Apa kau tau rumah keluargaku?"
"Tentu saja tau. Waktu kecil aku sering bermain ke rumahmu tau!"
"Oh ya? Haha... maaf, aku tidak ingat apa-apa. Ayo..."
"Haha... tidak apa."

Hebatnya, hari ini aku bisa tertawa lepas saat bertemu dengan Rai. Mungkin aku memang harus dekat dengan Rai. Walaupun Riku telah tiada, aku tetap tidak bisa melupakan Rai. Aku masih menyukainya. Maafkan aku Riku. Tapi, apa aku boleh mendekati Rai sekali lagi? Aku butuh jawabanmu, Riku.



bersambung...

No comments: