Wednesday, February 3, 2010

The Story Part 9

Ruroya Rai


Riku mengajakku ke suatu tempat yang sangat indah. Ia mengajakku ke sebuah taman. Taman yang penuh dengan bunga sakura di mana-mana. Tapi, entah mengapa aku tidak menikmati kencan hari ini. Aku selalu diam saja selama perjalanan dan selalu menjawab pertanyaan Riku seadanya.

Riku yang sudah mengetahui tentang perubahan sikapku langsung bertanya seperti biasa.
"Rai, ada apa? Dari tadi kau diam saja, tidak berbicara satu katapun."
"Tidak apa-apa."

Saat aku sedang berjalan berdampingan dengan Riku tiba-tiba aku melihat sosok Nanase. Kenapa Nanase ada di sini dan... siapa gadis yang ada di sebelah Nanase itu? Aku penasaran, dengan segera aku bertanya pada Riku. Tapi, Riku ternyata membaca pikiranku.

"Hei, itu Nanase." Kata Riku sambil menunjuk Nanase bersama dengan seorang gadis.
"Iya. Hei, Riku... apa kau tau siapa gadis yang pergi bersama Nanase itu?" Riku menatap gadis yang sedang pergi bersama Nanase itu dan tiba-tiba bola matanya seperti berputar-putar. Sepertinya Riku mengenal gadis itu.
"Hmm... itu Hanase Rukia. Kau tidak tau, Rai? Itu murid baru beberapa bulan yang lalu yang ada di kelas sebelah. Kata orang-orang, Hanase-chan tidak begitu disukai. Mereka bilang Hanase-chan terlalu tebar pesona, dan sebagainya."

Aku akui, Hanase Rukia itu memang cantik. Tapi kenapa hati ini begitu risih saat melihat mereka bersama? Ada apa denganku? Rai, ingat... sudah ada Riku yang dapat membuatku bahagia dan mencintaiku juga. Jadi, untuk apa aku membutuhkan orang lain selain Riku? Mulai saat ini aku akan menjaga jarak dengan Nanase. Maafkan aku, Nanase...

Nanase Sakigawa


Aku pergi ke taman yang dipenuhi bunga sakura bersama dengan Rukia. Gadis ini ternyata sangat menyukai bunga sakura. Aku hanya tersenyum saat melihat gadis ini begitu bahagia dapat melihat bunga sakura yang bertebaran di mana-mana.

Bersama dengan Rukia, aku menyusuri taman tersebut. Tapi, aku tetap tidak menikmati jalan-jalan hari ini. Aku masih merasa terganggu dengan kejadian kemarin, saat ditemukannya surat pemberianku ke Rai di dalam kotak Rai.

"Nanase? Apa kau sakit? Dari tadi kau diam saja." Tanya Rukia tiba-tiba.
"Oh, aku tidak apa-apa. Maaf membuatmu khawatir." Kataku sambil tersenyum.

Kami pergi mengunjungi sebuah restoran yang cukup mewah. Di sana seperti biasa aku memesan makanan kesukaanku yaitu salmon maki dan beberapa jenis sushi set lainnya. Tapi Rukia hanya memesan salmon maki saja, aku kira Rukia akan memesan soba ataupun udon, tetapi Rukia tidak memesan kedua makanan tersebut.

"Rukia, apa kau tidak lapar jika hanya makan itu saja?" Aku menunjuk salmon maki yang hendak dilahap oleh Rukia. Rukia pun hanya menggelengkan kepala dengan pelan lalu tersenyum.
"Tidak apa-apa, aku sudah biasa. Hehe... di rumah, ibuku selalu membuat makanan yang serba sedikit karena kami tidak memiliki bahan makanan yang begitu banyak."

Memikirkan kata ibu. Aku jadi merindukan sosok ibu. Tapi ibuku tidak seperti ibu-ibu yang lain, ibuku ini sangat keras. Aku tau ibu menyayangiku tapi aku merasa kehidupanku selalu saja diatur oleh ibuku. Karena hal tersebut terkadang aku membenci ibuku sendiri.

"Hmm... Nanase, bagaimana dengan keluargamu?" Tanya Rukia tiba-tiba dan raut wajahku pun berubah. Aku menghirup udara dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan-lahan.
"Keluargaku? Aku tidak begitu suka dengan keluargaku." Karena aku menjawab seperti itu, Rukia pun mengernyitkan dahinya, cepat-cepat aku melanjutkan kalimatku.
"Aku sendiri juga tidak mengerti dengan keluargaku. Mereka selalu melakukan apapun dengan kemauannya sendiri jadi, keluargaku tidak pernah damai."

Setelah mengatakan hal tersebut, semua makananku sudah dilahap sampai habis. Aku menyeka mulutku dengan serbet dan menunggu jawaban dari Rukia.

"Aku... aku minta maaf sudah bertanya mengenai keluargamu. Mungkin kau tidak mau menceritakan tentang keluargamu jadi, aku minta maaf."
"Tidak apa-apa. Lagi pula, aku memang mau bercerita juga. Apa aku boleh bercerita padamu?"
"Tentu saja. Hehe..." Ya, dan senyuman Rukia kembali lagi. Aku senang melihatnya tersenyum.

Hari sudah menjelang malam. Aku mengantar Rukia ke rumahnya, rumah Rukia tidak jauh dengan tempat kos ku. Hanya melewati beberapa belokan dan sampailah ke rumah Rukia. Angin malam yang dingin menembus pakaianku dan menusuk-nusuk tubuhku. Benar-benar dingin hari ini. Aku pun menyelipkan tanganku ke dalam kantung blazerku sambil memperhatikan Rukia.

"Umm... Rukia, arigato untuk hari ini. Aku merasa lebih ringan dari biasanya." Kataku sambil tersenyum. Aku menatap ke langit dan bintang-bintang sudah bertaburan. Daerah di Tokyo ini memang indah pada saat malam hari. Saat sedang asyik-asyiknya menatap ke arah langit, Rukia mendekatkan diri ke arahku. Aku menoleh ke arah Rukia, wajahnya yang putih seperti memancarkan sinar di malam hari.

"Nanase, apa kau pernah berpikiran suatu saat kau akan mendapatkan seseorang yang kau cintai?" Tanya Rukia tiba-tiba. Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba Rukia bertanya seperti itu.
"Rukia?"


bersambung...

No comments: