Monday, February 15, 2010

The Story Part 27

Ruroya Rai


Berminggu-minggu sudah aku tidak pergi ke Gakurai. Selama ini aku hanya mengurung diri di dalam kamar, tidak mau keluar sama sekali. Shoko dan yang lainnya sangat mengkhawatirkanku tapi aku seperti tidak menghargai mereka. Aku terus menatap surat yang diberikan Riku pada hari kematiannya. Yang paling menyakitkan adalah Riku pergi sebelum hari ulang tahunku. Aku telah ditinggal oleh orang yang sangat aku cintai.

Entah kenapa, padahal sebentar lagi musim panas akan segera tiba, tapi cuaca masih terus menurunkan hujan. Aku menatap jendela kamarku yang penuh dengan bercak-bercak air. Aku menyentuh kacanya dan menatap keluar. Saat ini, aku benar-benar mengharapkan kedatangan Riku. Aku melamun menatap ke arah luar jendela, tiba-tiba aku seperti melihat sosok Riku yang sedang berdiri di tengah rintik hujan.

Aku terkejut dan segera beranjak dari tempat tidur, mengambil mantelku, dan berlari keluar. Setibanya di luar, aku tidak melihat sosok Riku. Aku menghela napas. Ya, tentu saja Riku tidak ada, ia kan' sudah pergi ke alam sana, pikirku kecewa. Dengan langkah gontai aku berjalan ke arah taman dan duduk di salah satu ayunan, tidak peduli jika celanaku basah.

Aku melamun lagi sambil menggoyang-goyangkan ayunan.
"Hei, gadis bodoh!" Aku terkejut saat mendengar suara itu, aku mengenal suara itu. Itu... astaga, itu suara Riku!
"Ri-Riku? Ka-Kau ada di mana?"Aku beranjak dari ayunan dan mencari-cari sosok Riku.
"Aku di sini, bersamamu..." Setelah Riku berbicara seperti itu, aku dapat melihat sosok Riku yang mengenakan pakaian serba putih. Aku tersenyum ketika melihat Riku, tapi senyuman itu tiba-tiba redup seketika.

Aku mendekati Riku. Walaupun riku hanya tinggal arwah, tapi ia tetap seperti Riku yang dulu.
"Riku... kenapa kau pergi begitu cepat?" Tanyaku.
"Aku sendiri juga tidak tau, Rai. Saat aku hendak menyeberang tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju dengan begitu cepat dan aku tidak sempat menghindar." Kata Riku sambil menunduk.
"Apa kau tau siapa pelakunya?" Riku menggelang pelan dan meningkatlah rasa kekesalanku. Ternyata setelah aku tau dari Riku, pelakunya melarikan diri begitu saja dan tidak bertanggung jawab.

Karena aku kesal, aku hampir meremas ponsel yang diberikan Nanase. Riku pun bingung, dengan cepat ia menggenggam tanganku. Aku tidak percaya, Riku dapat menyentuhku. Tanpa ragu-ragu, aku mencoba untuk memeluk Riku, tapi tetap tidak bisa.

"Hanya aku yang bisa melakukannya, Rai. Kau tidak bisa menyentuhku sama sekali. Maafkan aku, Rai."
"Kalau begitu, sekarang peluklah aku. Aku merindukanmu, Riku." Riku pun mengangguk dan memelukku dnegan lembut. Aku tidak ingin melepaskan pelukan ini.
"Riku, jangan lepaskan aku sampai aku katakn nanti..."
"Baiklah..."

Nanase Sakigawa


Berjalan di daerah pedesaan memang selalu membuat hati lebih tenang. Seperti biasa, aku berjalan bersama dengan Shiori. Entah mengapa, akhir-akhir ini aku tidak bisa tersenyum. Aku selalu saja mengingat tentang Riku. Kejadian pada waktu itu yang menimpanya. Aku berjalan sambil menunduk dengan tangan yang kumasukkan ke dalam saku celanaku. Aku menoleh ke arah Shiori yang sedari tadi merapikan rambutnya karena berantakan dihembus angin.

"Ugh! Dasar angin! Rambutku jadi berantakan." Shiori menggerutu di sampingku. Aku tersenyum melihat tingkah laku Shiori.
"Sudahlah, namanya juga angin. Pasti semua benda yang terkena hembusannya akan berantakan seketika. Lagi pula, kenapa tidak kau membawa jepit rambutmu?"
"Seperti biasa, Nanase. Aku selalu lupa. Hei, ada pantai! Ayo ke sana! Hehe..." Aku mengernyitkan mataku dan menatap Shiori.
"Shiori, memangnya kau tidak tau kalau di sini ada pantai?" Shiori menoleh dan tersenyum.
"Iya, aku baru tau. Hehe... ayo, Nanase!"

Seharian aku bermain dengan Shiori di pantai. Untungnya aku memutuskan untuk tinggal di Sapporo untuk beberapa hari. Aku memang butuh tempat untuk menenangkan diri. Sepulang dari Sapporo, aku akan pergi untuk tinggal di tempat kos lagi. Aku tidak akan peduli apa yang akan dikatakan ayahku nanti. Udara di pantai ini begitu sejuk. Walaupun hari menjelang siang, pantai ini masih terasa begitu sejuk. Tiba-tiba Shiori menyiramku dengan air pantai. Aku terkejut dan menatap Shiori dengan jengkel.

"Hei, Shiori! Apa-apaan ini?" Kataku dengan serius. Tapi Shiori tau bahwa aku hanya bercanda, jadi ia hanya menjulurkan lidah dan berlari mengejar ombak. Aku pun semakin jengkel dan tanpa berpikir panjang, aku mengejar Shiori dan menyiramnya dengan air pantai tersebut.

Selesai bermain di pantai, kami kembali ke rumah. Lagi-lagi aku melamun di dalam kamar. Seperti biasa jika aku sedang sendirian. Tiba-tiba tanpa aku sadari, ponselku berdering. Ternyata Rai menghubungiku. Dengan cepat aku menjawab panggilannya.

"Moshimoshi." Sapaku pelan.
"Nanase, kau sedang ada di mana?" Tanya Rai dari seberang sana.
"Aku? Sedang ada di Sapporo. Di rumah saudaraku." Aku langsung melompat ke tempat tidurku.
"Sapporo? Kenapa kau pergi jauh-jauh, Nanase?"
"Tempat di mana aku bisa merasa senang adalah di Sapporo. Tinggal bersama dengan Shiori, saudaraku. Kau ingat Shiori?" Tanyaku berharap Rai masih ingat dengan saudaranya.
"Hmm... maaf, aku tidak ingat. Oh ya, Nanase, tadi aku sempat bertemu dengan Riku." Aku terkejut saat Rai mengatakan hal seperti itu.
"Bagaimana bisa? Sudahlah, Rai. Jangan terlalu dipikirkan, mungkin semua itu hanya khayalanmu."
"Aku tidak mengkhayal, Nanase! Aku bertemu dengannya, tadi Riku juga memelukku! Tidak mungkin aku mengkhayal, Nanase!" Rai terus meyakinkan diriku agar aku percaya. Tapi, aku sama sekali tidak percaya dengan semua itu. Bagaimana mungkin Riku muncul di depan Rai, sedangkan di depanku ia tidak muncul sama sekali.
"Sudahlah, Rai. Kau perlu banyak istirahat. Lebih baik kau istirahat terlebih dahulu."
"Aku baik-baik saja, Nanase! Kapan kau akan kembali ke Tokyo?" Tanya Rai dari seberang sana.
"Mungkin beberapa hari lagi. Nanti akan aku kabari."
"Baiklah, jaga diri baik-baik ya, Nanase."

Setelah itu, aku meletakkan ponselku di meja sebelah tempat tidurku. Menatap langit-langit kamar dengan pikiran kosong. Tiba-tiba yang terlintas di pikiranku adalah kejadian waktu itu lagi. Kejadian di mana Riku mengalami kecelakaan. Aku ingin sekali mencari siapa pelaku yang telah menabrak Riku dan tidak mau bertanggung jawab. Tapi, aku bingung mau mulai dari mana. Seandainya saja Riku ada di sini dan memberitahukan semuanya, mungkin aku bisa membalas semuanya. Riku, aku butuh bantuanmu...



bersambung...

No comments: