Ruroya Rai
Saatnya bersiap-siap untuk festival musim panas! Aku tidak sabar, ingin cepat-cepat pergi ke sana. Saat ini, aku mengenakan yukata yang dipilihkan oleh Shoko. Sayangnya Shoko, Takato, dan Saki tidak ada di sini. Jadi, mereka tidak dapat melihatku mengenakan yukata indah ini. Tapi, apa Riku melihatku ya? Hei, Riku... apa kau melihatku menggunakan yukata ini? Bagaimana menurutmu, Riku? Apa cocok denganku? Aaa... Riku, aku merindukanmu!
"Kau terlihat cocok, Rai." Aku terkejut saat mendengar suara itu. Aku menoleh dan mendapati Riku sudah berdiri di belakangku. Aku tersenyum.
"Riku... hehe, ternyata kau memang memperhatikanku."
"Tentu saja aku selalu memperhatikanmu, Rai. Walaupun kau dan aku sudah berada di dunia yang berbeda, tapi aku selalu merasa terhubung denganmu, karena itu aku dapat terus memperhatikanmu." Kata Riku sambil tersenyum. Ia mendekatiku dan memelukku seperti biasa. Aku terkejut lagi.
"Kau menginginkannya kan? Aku akan mengabulkan keinginanmu, Rai." Kata Riku sambil membelai pelan rambutku. Aku benar-benar merindukan sentuhan Riku. Andai saja Riku masih ada di sini.
"Terima kasih, Riku." Bisikku pelan.
Beberapa lama kemudian. Riku menghilang dari hadapanku, melepaskan pelukannya. Aku menyentuh tanganku dan tersenyum. Senang rasanya bisa bertemu dengan Riku lagi.
"Nee-chan!! Nanase-kun sudah datang!" Lagi-lagi, Michiru mengejutkanku. Ia selalu saja masuk ke dalam kamar orang tanpa pernah mengatakan permisi atau mengetuk pintunya terlebih dahulu. Dengan cepat aku berjalan ke lantai bawah dan melihat Nanase yang hanya mengenakan pakaian biasa dengan celana panjang. Rambutnya pun ditata asal-asalan, benar-benar perlu diperbaiki.
Nanase tersenyum ketika melihatku datang. Ia langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Hei, Rai. Kau terlihat begitu cantik hari ini." Kata Nanase sambil tersenyum.
"Hehe... terima kasih. Bagaimana? Mau jalan sekarang?"
"Bukannya, kau ingin berangkat bersama-sama dengan keluargamu?"
"Tenang saja, kemarin aku sudah minta izin pada ayah dan ibuku. Ayo." Aku mengajak Nanase keluar rumah dan berjalan ke tempat festival.
Selama perjalanan, kami berdua tidak berbicara banyak. Nanase hanya bersiul-siul tidak jelas, sedangkan aku menunduk menatap ke arah tanah. Aargh, kenapa suasananya tidak enak seperti ini? Aku menghela napas panjang.
"Ada apa, Rai? Apa ada yang salah?" Akhirnya, Nanase berbicara juga! Setidaknya, tidak perlu berdiam-diam seperti ini.
"Tidak. Hanya saja, rasanya aneh dari tadi. Selama perjalanan diam saja. Hehe..." Kataku sambil tersenyum.
"Maaf... habisnya, aku bingung mau bicara apa." Kata Nanase sambil menggaruk-garuk kepalanya dan aku yakin pasti kepalanya tidak gatal sama sekali.
"Haha... kau ini. Hei, Nanase... apa kau merindukan Riku?" Aku bertanya pada Nanase sambil melihat ke arah langit. Untung saja acara festivalnya akan berlangsung beberapa saat lagi, jadi masih sempat untuk melihat kembang api.
"Tentu saja aku merindukannya. Ia adalah sahabatku yang paling baik." Aku mengangguk lalu menoleh ke arah Nanase sambil tersenyum.
"Ya, aku juga merindukannya..."
Nanase Sakigawa
Setibanya aku di tempat festival, aku menemani Rai ke mana pun ia pergi. Saat ia bermain memancing ikan, membeli gulali, atau membeli kudapan-kudapan yang manis, aku selalu mengikuti Rai. Haha... rasanya pun agak aneh. Kenapa aku seperti membuntuti Rai? Tapi tidak apa, selama aku bersama dengannya, aku akan merasa lebih tenang. Tiba-tiba aku teringat Riku, aku jadi merasa tidak enak pada Riku. Apa Riku mendengarkan kata-kataku waktu itu? Kenapa Riku belum menjawab juga? Aku menghela napas panjang.
"Nanase!! Heii!" Rai melambai-lambai ke arahku, sepertinya aku sudah tertinggal jauh dari Rai. Dengan cepat aku berlari ke arah Rai. Selama berada di festival tersebut, aku diajak oleh Rai pergi berbelanja dan mencoba beberapa permainan yang menarik yang ada disana. Aku sedikit merasakan kegembiraan hari ini.
Saat sedang asyik-asyiknya memilih-milih makanan, seseorang tiba-tiba menyentuh bahuku. Aku segera menoleh dan mendapati Shiori dengan Takara berdiri di belakangku sambil tersenyum.
"Oh... hei Shiori, Takara-san." Sapaku sambil tersenyum.
"Nanase! Hehe... bagaimana dengan Rai?" Tanya Shiori.
"Haha... baik-baik saja."
"Lalu... ada di mana Rai sekarang?" Aku segera menunjuk Rai yang sedang membeli beberapa kudapan di stand sebelah. Shiori pun mengangguk lalu berpamitan denganku karena ia masih mau melihat-lihat ke tempat lain bersama dengan Takara-san.
Selesai membeli makanan, aku dan Rai duduk-duduk di bawah pohon sambil menunggu pertunjukkan kembang api dimulai. Aku menoleh ke arah Rai dan melihat wajahnya yang begitu bahagia.
"Rai, kau terlihat gembira sekali hari ini?" Akhirnya aku berani bertanya karena dari tadi aku begitu penasaran.
"Hehe... aku senang dapat menghadiri festival ini denganmu dan sebelum berangkat tadi, aku sempat bertemu dengan Riku lagi." Kata Rai sambil tersenyum.
"Bertemu dengan Riku? Aku belum bertemu dengannya lagi. Padahal aku ingin sekali bertemu dengannya." Aku menundukkan kepalaku.
"Tunggu saja, Nanase. Aku yakin Riku akan menemui nanti. Riku pasti akan menemuimu. Tenang saja, Nanase, kau tidak perlu cemas." Aku menganggukkan kepala pelan.
Pertunjukkan kembang api pun dimulai. Di langit yang gelap, kembang api itu diluncurkan dan membentuk bentuk-bentuk yang indah. Ada yang berbentuk kupu-kupu, bunga, dan lain-lain. Aku tersenyum saat melihat pertunjukkan tersebut. Ternyata memang tidak salah aku datang ke festival ini bersama dengan Rai.
Setelah pertunjukkan tersebut selesai, tiba-tiba ponselku berdering. Aku melihat ke arah layar dan nama Nonoru tertera di layar tersebut. Ada apa Nonoru menghubungiku? Tumben sekali.
"Ya?"
"Nanase!" Panggil Nonoru dari seberang sana.
"Ada apa, Nonoru?"
"Tadi aku baru saja mendapat kabar, siapa pelaku yang menabrak temanmu waktu itu." Aku terkejut mendengar berita dari Nonoru. Karena terkejut aku sampai tersedak makananku sendiri.
"Uhuk... uhuk! Siapa?"
"Hmm... tunggu... aku lupa, sepertinya pelakunya adalah seorang wanita muda. Namanya..."
"Siapa namanya, Nonoru?" Aku pun tidak sabar ingin mengetahui nama pelaku yang sudah menabrak Riku dan tidak mau bertanggung jawab itu.
"Namanya... Hanase Rukia."
Aku membelalakan mataku saat mendengar nama Rukia disebut oleh Nonoru, kakak laki-lakiku. Aku tidak percaya, mana mungkin Rukia pelakunya? Tidak mungkin...
bersambung....
No comments:
Post a Comment