Monday, February 1, 2010

The Story Part 7

Ruroya Rai


Kejadian memalukan itu-kejadian saat aku menangis-sudah selesai. Mungkin karena Riku datang menjengukku dan aku mengeluarkan seluruh amarahku padanya.

Hari ini aku menjalani kegiatanku seperti biasa. Bekerja dengan tenang, membuat karya-karya yang menarik dari tanah liat. Tapi, karya yang aku buat hari ini, semuanya hancur. Tidak ada satu pun yang berhasil menjadi karya yang indah. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, ada apa denganku?

Saat sedang jengkel-jengkelnya dengan diriku sendiri, Riku menghampiriku. Dengan lembut ia meletakkan tangannya di atas kepalaku. Tangannya yang besar, membuat aku merasa terlindungi olehnya. Setelah itu Riku membungkukkan badannya dan bertanya padaku.

"Rai, ada apa?" Aku menoleh menatap Riku.
"Aku sendiri juga tidak tau. Mungkin aku sedang tidak enak badan." Kataku sambil terus menginjak-injak pedal agar piringannya berputar.
"Jika kau memang merasa tidak enak badan, kenapa tidak kau pergi ke ruang kesehatan? Ayo, aku antar." Riku mengulurkan tangannya. Tapi aku hanya menggeleng pelan. Riku mengernyitkan wajahnya.
"Tidak apa-apa. Aku yakin aku tidak apa-apa. Walaupun aku tidak enak badan, aku bisa melakukan semuanya sendiri. Tenang saja, Riku. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Kataku sambil tersenyum.

Semua orang yang ada di kelas menatap aku dan Riku. Mereka berpikir bahwa kami berdua selalu memainkan drama indah yang selalu ditonton oleh seluruh murid di kelas.

Tapi, selama aku bersama dengan Riku. Aku tidak keberatan harus ditonton seperti ini. Karena aku tau, Riku akan membahagiakan ku.

Nanase Sakigawa


Istirahat. Ya, itulah waktu yang aku butuhkan. Aku lelah bekerja seharian di depan piringan. Kerjaannya hanya menginjak-injak dan membentuk. Butuh banyak tenaga. Saat ini aku berada di kantin Gakurai Academy. Kantinnya memang tidak begitu besar tidak seperti kantin sekolah bodohku yang sangat besar dan menyesatkan. Tapi kantin ini menjual bermacam-macam makanan. Dari makanan tradisional sampai makanan modern. Aku selalu memesan salmon maki setiap istirahat dan aku juga selalu makan sendirian di kantin. Ya, kembali seperti kehidupan di keluargaku yang tidak menyenangkan.

Saat aku hendak menyantap salmon makiku ini, tiba-tiba seseorang datang mengejutkanku dan hampir membuatku tersedak. Untung saja aku menelannya dengan cepat. Aku menoleh hendak mendamprat orang itu habis-habisan, tapi yang kudapat adalah seorang gadis berambut sebahu. Tidak salah lagi, Hanase Rukia. Gadis yang periang yang bisa membuat hari-hariku lebih ceria.

"Rukia, kau ini." Kataku sambil tersenyum.
"Hehe... maaf, boleh aku duduk di sini?" Tanya Rukia
"Ya, tentu saja. Siapa pun boleh duduk di sini."
"Hehe... iya! Arigato!"

Aku menyantap salmon makiku dengan lahap sementara Rukia hanya menyeruput ocha hangatnya.
"Rukia, kau tidak makan?" Tanyaku. Rukia menggeleng pelan.
"Dan, kau tidak pergi bersama dengan teman-temanmu?" Tanyaku lagi.
"Aku... tidak punya teman di sini." Mendengar kata-kata Rukia, hampir saja aku tersedak salmon makiku lagi. Kalau sampai aku tersedak lagi, salmon maki itu harus aku buang. Sayang sekali.
"Bagaimana bisa? Bukankah kau cukup bersahabat ya?"

Raut wajah Rukia pun berubah, dari ceria menjadi pucat pasi. Entah apa yang ada di pikirannya, aku tidak mengerti. Tapi aku tau, pasti banyak sekali pikiran yang ada di kepalanya.
"Entah karena apa aku tidak memiliki teman. Aku sendiri tidak mengerti. Sebelum kau masuk ke Gakurai Academy, aku sangat kesepian. Tapi, saat aku dengar ada murid baru masuk ke Gakurai Academy, aku langsung mencari info tentang murid baru itu. Dan aku bertemu denganmu. Aku senang kau mau jadi temanku." Kata Rukia sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa. Aku juga senang bisa berteman denganmu."

Setelah kejadian itu, aku berjanji pada diriku sendiri. Aku akan melindungi Rukia dengan kemampuanku sendiri. Aku tau ia sendirian, tapi sekarang tidak lagi. Aku akan selalu ada di sisinya untuk menemaninya. Aku yakin, Rukia tidak akan merasa kesepian dan sendirian lagi. Ya, tidak seperti aku saat ini.


bersambung...

No comments: