Ruroya Rai
Pagi hari yang indah. Tentu saja indah karena hari ini aku akan pergi kencan dengan Riku. Saat ini aku sedang bersiap-siap untuk kencan. Repotnya, padahal hari ini kencan biasa saja seperti pergi makan atau jalan-jalan. Tapi, Shoko berusaha semaksimal mungkin untuk mendandaniku.
"Shoko, kenapa harus berlebihan seperti ini?" Tanyaku pada Shoko. Shoko pun hanya tersenyum melihat pantulan diriku dari cermin.
"Haha... tidak apa. Kau terlihat cantik, Rai. Aku yakin Riku akan terkejut melihat penampilanmu." Aku pun tersipu karena pujian dari Shoko. Shoko memang sering sekali memuji penampilanku.
Setelah 1 jam terlewati, aku keluar dari kamarku. Saat aku melewati ruang tamu, Nanase dan Takato ternyata sedang ada di ruangan itu juga. Mereka berdua terkejut dengan penampilanku. Aku pun menundukkan wajahku dan Shoko langsung cepat-cepat berbicara.
"Taa-Daa! Bagaimana menurut kalian? Aku yang mendandaninya! Hehe..."
"Shoko!" Aku protes pada Shoko, tapi Shoko langsung mencubitku.
"Shoko! Kau jenius!" Teriak Takato dan sambutlah warna merah di wajahku.
Entah mengapa tiba-tiba aku berpikir ingin sekali mendapatkan komentar dari Nanase. Tapi dari tadi Nanase hanya diam saja tidak berkata satu katapun. Aku memperhatikan Nanase yang dari tadi hanya melihat keluar jendela.
"Hei, Rai. Jangan pikirkan Nanase, ia hanya sedang risih dengan suatu masalah. Cepat atau lambat aku yakin sifatnya akan kembali ke semula." Kata Takato mencoba untuk menghiburku.
Tanpa menunggu lama lagi, ternyata Riku sudah datang. Dengan segera aku meraih tangan Riku agar segera digenggam olehnya. Aku berjalan meninggalkan ruang tamu sambil sesekali melirik ke arah Nanase. Aku bingung. Ada apa dengannya hari ini? Aku harap Riku baik-baik saja.
Nanase Sakigawa
Aneh. Sungguh aneh. Kemarin saat Shoko sedang membersihkan kamar Rai-karena Rai tidak ada di kamarnya-Shoko menemukan sebuah kotak yang ada di bawah tempat tidurnya. Saat itu aku sedang melewati kamar Rai ketika aku melihat Shoko sedang mengaduk-aduk kotak tersebut. Karena aku penasaran akhirnya aku masuk ke dalam kamar Rai dan melihat apa yang sedang dilakukan Shoko.
Shoko mengeluarkan sebuah surat dari kotak tersebut. Sepertinya aku mengenal surat itu. Dengan cepat aku mengambil surat yang sedang digenggam oleh Shoko. Aku membuka surat itu perlahan. Saat aku melihat isi surat tersebut, aku sangat terkejut. Surat itu adalah surat yang pernah aku berikan kepada Rai saat aku mau pindah rumah.
"Nanase? Ada apa?" Tanya Shoko tiba-tiba.
"Ini... ini surat yang pernah aku berikan pada Rai saat aku mau pindah rumah! Dia masih menyimpan ini, tapi dia tidak bisa ingat apa-apa tentang ku?" Aku merasa sangat kecewa. Hatiku serasa ditusuk-tusuk oleh 1000 jarum seperti biasa.
"Nanase, belum tentu Rai bisa mengingat dengan begitu mudah ketika melihat surat ini. Bisa saja ia melihat lalu ia tidak ingat apa-apa dan surat ini dibuang begitu saja. Hal tersebut lebih menyakitkan dibandingkan jika Rai yang tidak ingat apa-apa tentangmu tapi masih menyimpan surat ini. Ya kan?"
Aku memikirkan kata-kata Shoko dan akhirnya aku pun mengangguk. Aku menyimpan surat itu di kamarku sendiri.
TRRRT! Ponselku tiba-tiba berdering. Saat aku melihat ke layarnya, Rukia meneleponku. Ada apa ya?
"Ya?" Aku menjawab panggilan tersebut.
"Nanase! Hehe... apa aku mengganggumu?" Tanya Rukia dari seberang sana. Dari suaranya, Rukia terdengar sangat ceria. Tapi aku tidak tau bagaimana isi hatinya. Rukia adalah gadis yang sukar untuk ditebak.
"Tidak juga. Ada apa, Rukia?"
"Aku bosan di rumah. Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan?"
"Ide yang bagus. Hehe..."
Setelah itu aku langsung bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan dengan Rukia. Lebih baik seperti ini dari pada aku harus berdiam diri di kos sambil melamun di depan jendela. Aku harap Rukia dapat membuat hatiku lebih damai hari ini.
bersambung...
No comments:
Post a Comment